Pasokan Telur Ayam Terancam Langka Setelah Lebaran

ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/foc.
Pekerja memasukkan telur ayam ke dalam peti di Cisadane Pradana Farm, Kelurahan Cilendek Barat, Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu (17/4/2021). Kementerian Pertanian menyebut ada potensi kelangkaan telur ayam setelah Lebaran.
23/4/2021, 12.34 WIB

Pemerintah telah menjamin berbagai bahan pokok akan terpenuhi sepanjang Ramadan hingga Lebaran. Namun, setelah itu masih ada potensi kelangkaan.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan) Nasrullah mengatakan, ketersediaan telur ayam ras pada bulan Mei berpotensi defisit sebanyak 23.780 ton. Hal ini dikarenakan kebutuhan untuk telur ayam ras sebanyak 478.320 ton, sementara ketersediaannya hanya 454.540 ton.

Oleh karena itu, ia merekomendasikan peternak untuk meningkatkan produktivitas telur harian dan memperpanjang masa afkir sampai umur 95 minggu.

Sementara itu, pasokan telur ayam ras di bulan April berpotensi surplus sebanyak 3.932 ton. Di mana ketersediaan telur ayam ras mencapai 441.996 ton, sedangkan kebutuhannya sebanyak 438.064 ton.

“Hal ini menunjukkan potensi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan selama puasa dan lebaran,” kata Nasrullah dalam diskusi virtual yang digelar Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Kamis (22/4).

Simak Databoke berikut: 

Berbeda dengan telur, daging ayam ras juga diprediksi mengalami surplus baik pada April maupun Mei.

Nasrullah mengatakan daging ayam ras bulan ini berpotensi surplus 69.775 ton. Sebab, pasokan daging ayam mencapai 336.311 ton, sementara kebutuhannya hanya sebanyak 266.536 ton.

Sedangkan pada bulan Mei, ketersediaan daging ayam ras yang diprediksi sebesar 341.359 ton, padahal kebutuhannya hanya sebanyak 288.237 ton.  Oleh karena itu, daging ayam ras berpotensi surplus sebesar 53.122 ton

“Sekarang kita punya stok banyak kalau mau dilakukan operasi pasar dari hasil pemotongan para pelaku usaha, karena penurunan demand selama pandemi Covid-19 ini,” katanya.

Bagaimanapun, ia mengakui terjadinya anomali. Kondisi melimpahnya pasokan daging ayam tidak sesuai dengan kenaikan harga yang terjadi di pasar. Menurutnya, kenaikan harga ayam yang terjadi di tingkat konsumen terlalu tinggi dibanding yang terjadi di tingkat peternak.

“Kenaikan harga di produsen itu tidak sesignifikan di konsumen. Jadi saya harus turun bersama dengan Kementerian Perdagangan untuk mengetahui kenapa kondisinya tidak seimbang,” kata Nasrullah.

Nasrullah mengatakan, situasi yang terjadi saat ini tidak mencerminkan teori ekonomi dalam perdagangan. Pasalnya, produksi ayam dalam negeri surplus bahkan harus dipangkas akibat terlalu besar.

Ia mengatakan, pemerintah siap melakukan operasi pasar jika memang diperlukan. Ia juga menegaskan, pemerintah akan turun ke pasar jika terjadi kenaikan harga yang tidak wajar.

"(Operasi pasar) Untuk berjaga. Jadi kalau hitungan sebenarnya tidak ada kekurangan pasokan yang ada adalah kenaikan harga yang mungkin memanfaatkan momen puasa," kata dia.

Reporter: Cahya Puteri Abdi Rabbi