Naik 60%, Kemenperin Targetkan 6,1 Juta UMKM Jualan Online Tahun Ini

ANTARA FOTO/Anis Efizudin/wsj.
Dua orang Aparatur Sipil Negara (ASN) membawa paket makanan ringan produksi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Center di Temanggung, Jawa Tengah, Rabu (5/5/2021). Guna menyukseskan program Bangga Belanja Produk UMKM, Pemerintah Kabupaten Temanggung mengimbau kepada seluruh ASN membeli makanan ringan dan minuman untuk Lebaran dari hasil produksi UMKM lokal.
7/5/2021, 13.04 WIB

Kementerian Perindustrian menargetkan 6,1 juta pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) mulai berjualan di marketplace pada tahun ini. Angka itu naik 60% dibanding realisasi UMKM yang go digital pada tahun lalu.

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih mengatakan bahwa pada 2020 lalu, sebanyak 3,8 juta UMKM telah berhasil onboarding di marketplace. Capaian ini melebihi dari target yang ditetapkan pemerintah yaitu sebanyak dua juta UMKM.

“Tahun ini kami tergetkan 6,1 juta UMKM untuk bisa onboarding dengan omzet yang meningkat,” kata Gati dalam Webinar Festival Joglosemar : Artisan of Java, Kamis (6/5).

Gati mengatakan, upaya mendorong UMKM onboarding merupakan implementasi program Making Indonesia 4.0 dengan memberdayakan pelaku UMKM melalui penguasaan teknologi dengan melaksanakan program e-smart IKM.

Simak Databoks berikut: 

Adapun program e-smart IKM bertujuan untuk mendorong pelaku IKM berjualan di platform digital antara lain melalui marketplace Bukalapak, Tokopedia, Shopee, Blibli, IndoTrading dan Dana.

“Program e-smart IKM ini sudah berjalan sejak tahun 2017 dan telah melatih 13.184 pelaku IKM di seluruh Indonesia untuk dapat go digital dan meraih peluang pemasaran online,” kata dia.

Gati mengatakan, Kemenperin juga menyiapkan program lain sebagai bagian dari pembinaan dan pengembangan UMKM, antara lain, workshop bisnis digital, workshop kebijakan pemerintah dan akses masuk ke dalam katalog e-smart IKM.

Selain itu, beberapa UMKM juga bisa mendapatkan akses restrukturisasi untuk pembelian mesin produksi. Pemerintah menyediakan potongan harga 40% untuk pembelian mesin buatan dalam negeri dan potongan harga 20% untuk pembelian mesin buatan luar negeri.

“Ada pula program sertifikasi produk dalam negeri untuk bisa masuk ke dalam e-catalogue, sehingga produknya bisa dijual dengan lebih mudah,” ujarnya.

Lebih lanjut, Gati mengatakan, Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (BBI) yang saat ini digulirkan merupakan langkah penyelamatan ekonomi Indonesia, serta mendorong masyarakat untuk mencintai dan membeli produk lokal agar Industri Indonesia dapat terus bertumbuh di negeri sendiri.

“Seperti kita ketahui nilai Purchasing Manufacturing Index (PMI) mengalami ekspansi 3% di bulan April 2021 menjadi 54,6. Angka ini menunjukkan optimisme dunia industri serta semakin bertumbuhnya ekonomi Indonesia,” ujar Gati.

Reporter: Cahya Puteri Abdi Rabbi