Ekspor produk fashion muslim Indonesia menembus US2,91 miliar atau Rp41,3 triliun pada Januari-Agustus 2021. Menariknya, sebagian besar produk tersebut diekspor ke negara-negara non-muslim ataupun bukan negara yang tergabung dalam organisasi konferensi Islam (OKI).
Direktur Pengembangan Produk Ekspor Kementerian Perdagangan Miftah Farid mengatakan lima besar tujuan ekspor produk fashion muslim Indonesia adalah Amerika Serikat yakni 55,85%, Jepang (7,80%), Jerman (5,32%), Korea Selatan (3,12%), dan Australia (2,86%).
Dengan demikian, total ekspor ke lima negara tersebut mencapai 74,95%.
Sementara itu, impor fashion muslim hanya US0,20 miliar sehingga Indonesia secara keseluruhan surplus sebesar US$2,71 miliar.
Fashion muslim lekat dengan sebutan modest fasion karena style busananya yang yang lebih menutupi bentuk tubuh atau tidak menonjolkan bentuk tubuh disebut modest fashion.
"Modest fashion kini tidak lebih berpatok kepada agama tetapi pada estetika, kenyamanan dan choice of lifetyele,"tutur Miftah dalam Modest Fashion Trend Australia, Jumat (22/10).
Modest fashion merupakan salah satu industri yang berkembang pesat bukan hanya di negara-negaar muslim tetapi juga non-Muslim.
Populasi muslim di dunia yang mencapai 1,9 miliar sehingga bisa menjadi pasar yang menarik bagi industri fashion muslim lokal.
Saat ini, produsen modest fashion terbesar adalah Cina yang menguasai 27,14% dari pasar global. Bangladesh ada di urutan kedua (9,49) disusul dengan Vietnam (7,23%, Jeman (6,19%), dan Italia (5,33%).
"Branding kita masih terbatas sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Kita ingin branding bergerak sebagai basis produksi untuk modest fashion atau halal produk,"tuturnya.
Menurutnya, Indonesia memiliki sejumlah kelebihan untuk dijadikan basis produksi fashion muslim/modest fashion.
Di antaranya adalah kekuatan kreativitas dari usaha kecil dan menengah (UKM) di Indonesia. Keanekaragaman produk fashion yang dihasilkan dari banyaknya UKM Indonesia membuat produk fashion muslim buatan lokal sangat berbeda dengan negara lain.
Kekuatan lainnya adalah industri garmen dan tekstil nasional.
"Potensi yang ada di sektor manufaktur jelas sangat besar namun masih perlu ditingkatkan sinerginya dengan kekuatan desain,"ujarnya.
Sebagai catatan, industri tekstil dan produk tekstil merupakan salah satu andalah ekspor Indonesia. Pada Januari-Agustus tahun ini, ekspor tekstil dan produk tekstil menyentuh US$8,08 miliar dengan tujuan ekspor utama adalah Amerika Serikat.
Miftah menambahkan Indonesia juga memiliki pasar busana muslim yang sudah mapan. Potensi besar ini sudah saatnya digarap secara menyeluruh dan terstruktur agar Indonesia lebih bisa bersaing di dunia internasional.
Salah satu negara yang tengah dibidik untuk menjadi pasar besar bagi produk fashion muslim adalah Australia.
Letak geografis yang dekat serta adanya kesepakatan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership akan membantu peningkatan ekspor produk fashion muslim ke negara tersebut.
Wakil Duta Besar RI untuk Australia Mohammad Syarif Alatas mengatakan potensi pasar untuk produk fashion muslim di Australia datang dari komunitas muslim serta wisatawan mancanegara (wisman) yang berada di negara dengan total populasi sekitar 25,6 juta tersebut.
"Saat ini ada 500 ribu muslim yang tinggal di Australia sementara jumlah wisman muslim yang berkunjung ke sana sebanyak 5 juta pada 2019. Jumlah populasi muslim diperkirakan akan terus mengalami peningkatan ke depan,"tutur Syarif.
Ekspor produk tekstil termasuk fashion muslim ke Australia pada Januari-Maret mencapai AUS$64,3 juta atau naik 6,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Ketua Indonesian Fashion Chamber Ali Charisma mengatakan produk fashion muslim Indonesia berbeda dengan negara lain dan hal itu merupakan keunggulan tersendiri.
"Baju muslim Indonesia bisa dipakai siapa aja, style nya juga sangat beragam,"tuturnya.
Dia berharap industri fashion muslim bisa memproduksi kebutuhan untuk musim gugur dan dingin karena demand terhadap produk tersebut sangat besar, terutama untuk travelling.