Harga Emas Berpotensi Turun Mengantisipasi Rilis Data Tenaga Kerja AS

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Ilustrasi emas batangan.
5/11/2021, 17.26 WIB

Harga emas diprediksi merosot seiring pelaku pasar yang mengantisipasi rilis data tenaga kerja non farm payroll Amerika Serikat (AS). Sebab, data ini bisa menjadi referensi buat bank sentral AS, Federal Reserve atau Fed, untuk menaikkan suku bunga yang akan menekan harga logam mulia.

Pengamat Komoditas Ariston Tjendra mengatakan harga emas rebound cukup tinggi sekitar US$ 22 atau 1,25% dan ditutup di kisaran US$ 1.791 per troy ons pada perdagangan Kamis (4/11). Kenaikan tersebut berimbas pada naiknya harga emas batangan Antam sebesar Rp 7.000 menjadi Rp 934.000 per gram.

Namun, melansir Bloomberg, Jumat (/5/11) pagi ini harga emas di pasar komoditas Comex sempat turun tipis 0,05% ke level US$ 1.790, meski naik kembali tak lama kemudian ke level US$ 1.793. Kenaikan ini didorong kebijakan tapering off Fed yang akan dilakukan akhir November, sesuai ekspektasi pasar.

"Naiknya harga emas pagi ini didukung oleh keputusan tapering The Fed yang sesuai ekspektasi. Selain itu, pernyataan Fed yang tidak mau terburu-buru menaikan suku bunga acuannya juga membantu kenaikan harga emas," kata Ariston kepada Katadata.co.id, Jumat (5/11).

Dia memproyeksikan harga emas akan tertekan seiring rilis data pekerja AS non pertanian dan pegawai pemerintah atau non farm payroll (NFP) yang diantisipasi pelaku pasar. Jika data ini bagus maka bisa menjadi referensi bagi The Fed untuk menaikan suku bunga acuan.

Sebaliknya, jika data tenaga kerja buruk, maka menjadi pertimbangan utama The Fed untuk tidak menaikan suku bunga terburu-buru. "Data yang lebih bagus dari prediksi penambahan 455 ribu lapangan pekerjaan, bisa mendorong penguatan dollar AS dan menekan harga emas," ujarnya.

Dia pun memprediksi harga emas kemungkinan akan tertekan di level US$ 1.770 bila data pekerja AS menunjukkan hasil yang positif. Sementara potensi resisten akan berada di level US$ 1.800 per troy ons.

Analis Komoditas Reuters, Wang Tao, memperkirakan harga emas masih bisa turun lagi. Dia menilai harga akan menguji titik support US$ 1.776 yang jika tertembus maka harga akan terus turun ke US$ 1.764.

"Pola yang terbentuk adalah harga mengarah turun, mengindikasikan target di US$ 1.757/troy ons. Saat menyentuh titik ini, tren akan berbalik menjadi penguatan," sebut Wang dalam risetnya.

Batas bawah koreksi harga emas, lanjut Wang, ada di US$ 1.739/troy ons. Namun kalau melihat harga emas sempat berada di US$ 2.072,5/troy ons, maka sesungguhnya tren koreksi baru selesai 50%. Bukan tidak mungkin harga bakal anjlok hingga ke US$ 1.684/troy ons.

Sementara Analis Asia Valbury Futures Lukman Leong memproyeksi harga emas masih minim sentimen. Apalagi di tengah ekspektasi tapering dan kenaikan suku bunga pada sentral bank di seluruh dunia. "Akan cenderung tertekan ke depannya," ujarnya.

Reporter: Verda Nano Setiawan