Perundingan ASEAN–Canada Free Trade Agreement (FTA) resmi diluncurkan pada Rabu (17/11). Keputusan tersebut merupakan hasil Pertemuan ASEAN Economic Ministers (AEM)–Canada Consultation ke-10 melalui konferensi video di hari yang sama.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi bersama kesembilan Menteri Ekonomi ASEAN, serta Menteri Perdagangan Internasional, Promosi Ekspor, Usaha Kecil, dan Pembangunan Ekonomi Kanada Mary Ng telah mengesahkan Final Reference Paper sebagai basis untuk memulai perundingan dan mengatur elemen-elemen yang dapat dimasukan dalam ASEAN-Canada FTA.
Lutfi mengatakan, selaku koordinator negara, Indonesia menekankan pentingnya ASEAN-Canada FTA untuk segera diselesaikan karena akan menjadi perjanjian perdagangan bebas pertama antara ASEAN dan kawasan Amerika Utara.
Perjanjian perdagangan bebas ini akan membawa manfaat ekonomi untuk kedua wilayah, meningkatkan akses pasar, jasa, dan investasi, serta mendorong daya saing.
"Semua pihak sepakat perundingan bisa dimulai tahun depan, sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu capaian Indonesia pada masa keketuaan ASEAN tahun 2023 mendatang,” kata Lutfi dalam keterangan resminya, Kamis (18/11).
Para Menteri Ekonomi ASEAN dan Kanada sepakat untuk bersinergi mendorong penguatan kerja sama konektivitas rantai pasok, perdagangan digital, pembangunan berkelanjutan, serta memastikan akses yang merata dan distribusi vaksin yang efektif.
Mantan Dubes RI untuk Amerika Serikat tersebut menambahkan, penting bagi seluruh anggota ASEAN dan Kanada untuk mencari terobosan baru agar dapat bangkit dan pulih dari krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Juga, menghindari proteksionisme, menerbitkan regulasi,dan menciptakan sistem perdagangan yang lebih fasilitatif, yang bisa diimplementasikan semua pihak.
Para Menteri Ekonomi ASEAN dan Kanada juga membahas ‘Work Plan ASEAN–CanadaJoint Declaration on Trade and Investment (JDTI)’.
ASEAN dan Kanada berkomitmen memperdalam dan memperluas kerja sama dan hubungan ekonomi, mendukung proses integrasi di Kawasan ASEAN untuk memperkecil kesenjangan pembangunan, serta meningkatkan konektivitas di ASEAN.
"Para menteri berharap kerja sama dalam kerangka ASEAN-Canada ini dapat memperkuat kepercayaan, membuka kembali peluang pasar, serta meningkatkan perdagangan antarnegara," ujarnya.
Mengutip laman Kementerian Luar Negeri, ASEAN menjadi pasar potensial dan menjanjikan karena pertumbuhan kelas menengah yang cepat.
Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memprediksi kelas menengah ASEAN akan bertambah lebih dari dua kali lipat dari 135 juta di tahun 2019 24% menjadi 334 juta pada tahun 2030.
Saat ini, ASEAN merupakan mitra dagang terbesar ke-enam Kanada dengan nilai perdagangan mencapai US$ 19,4 miliar (Rp 275 triliun) ditahun 2020.
Di sektor investasi, Statistics Canada mencatat sekitar 8,2% investasi Kanada ditanamkan di Asia / Oceania. Investasi terbesar Kanada terdapat di Amerika Utara sebesar 60,1% dan Eropa sebesar 26,4%.