Bahlil Minta Oknum yang Hambat Pengembangan Mobil Listrik untuk Mundur
Menteri Investasi dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengingatkan pengembangan ekosistem kendaraan listrik menjadi prioritas Indonesia saat ini. Karena itulah, dia meminta pihak yang tidak mendukung proyek tersebut untuk mundur atau minggir.
"Kepada pengusaha, pejabat atau oknum di BUMN yang tidak setuju dengan transformasi ekonomi ini saya harap untuk mundur. Untuk bergeser. Saya ga bermaksud senggol siapa-siapa," tutur Bahlil dalam konferensi pers Menteri Investasi: Investasi Pasca Implementasi Undang-Undang Cipta Kerja, Rabu (1/12).
Bahlil tidak menjelaskan dengan pasti siapa oknum tersebut. Dia hanya mengatakan oknum tersebut berasal dari berbagai kalangan seperti pengusaha, pejabat, hingga BUMN.
"Yang tidak setuju dengan pikiran besar transformasi ekonomi ini, saya harap agar minggir. Kita mau maju terus sebagai negara. Jangan halangi konsep negara,"ujar Bahlil.
"Kalau tidak mau ya bicara baik-baik. Jangan kita memperlihatkan sesuatu yang tidak mencerminkan kedewasaan,"tambahnya.
Sebagai catatan, dalam sepekan terakhir, kontroversi terkait rencana akuisisi perusahaan mobil listrik Jerman StreetScooter mencuat.
Kontroversi terjadi setelah Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mengkritik keras rencana Indonesia Battery Corporation (IBC) untuk membeli perusahan mobil listrik Jerman tersebut.
Ahok merupakan komisaris Utama PT Pertamina dan perusahan pelat merah tersebut memiliki saham 25% di IBC.
Ahok mengatakan pembelian perusahaan mobil listrik Jerman StreetScooter tidak layak karena hasil due diligence yang dilakukan mengatakan akusisi tidak cocok.
Bahlil menegaskan pengembangan ekosistem kendaraan listrik, mulai dari pengolahan nikel, pembuatan baterai, hingga produksi mobil listrik adalah proyek besar.
Pengembangan ekosistem tersebut perlu mengingat industri tersebut saling terkait, seperti misalnya keberadaan baterai listrik yang merupakan 45% dari komponen mobil listrik.
Dengan potensi kepemilikan cadangan nikel terbesar di dunia, Indonesia berpeluang bagi produsen mobil listrik di dunia untuk masuk dan berinvestasi di Indonesia.
Namun, dia mengakui, upaya pengembangan tersebut tidak berjalan mulus, salah satunya adalah karena ada oknum yang menghalangi.
"Kita ini kan mau bangun ekosistem electric vehilce. Ini kita bicara negara. Ini bangun dari hulu ke hilir. Kalau mau bangun negara jangan seperti bangun rumah kos tapi harus berpikir gede. Harus ada strategi. Kalau ga bangun sendiri atau akuisisi yang sudah punya,"tambahnya.
Sebagai informasi, pada 15 September lalu sudah dilakukan groundbreaking pabrik baterai listrik milik PT Industri Baterai Indonesia serta konsorsium LG.
Indonesia juga sudah mengajak produsen otomotif Jerman Volkswagen, atau VW, untuk memproduksi prekursor katoda baterai kendaraan listrik di tanah air.
Meskipun Indonesia sudah membangun pabrik baterai listrik, Bahlil mengatakan butuh waktu bagi Indonesia untuk membangun pabrik mobil listrik.
Strategi akuisisi produsen mobil listrik bisa menjadi alternatif untuk mempercepat pengembangan ekosistem kendaraan listrik.
"Akuisi itu kan tidak diharamkan selama business to business masuk, tarnsparan. Itu kita melakukan kajian lewat rapat bukan omong kosong pinggir jalan," tutur Bahlil.