Kementerian Kelautan dan Perikanan atau KKP mencatat ekspor produk perikanan periode Januari - Oktober 2021 mencapai US$ 4,56 miliar atau sekitar Rp 65 triliun. Nilai tersebut meningkat 6,6% pada periode yang sama tahun sebelumnya yakni US$ 4,28 miliar atau Rp 61 triliun.
Adapun nilai impor produk perikanan pada periode Januari - Oktober 2021 tercatat sebesar US$ 480 juta (Rp 6,9 triliun), sehingga neraca perdagangan mengalami surplus sebesar US$ 4,15 miliar (Rp 59 triliun). Dari capaian tersebut, KKP menargetkan total nilai ekspor produk perikanan pada 2021 mencapai US$ 5,45 miliar (Rp 78 triliun).
"Kami bersyukur, ketika pasar global turun karena pandemi, tapi Indonesia ekspornya justru naik," kata Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Artati Widiarti, dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (8/12).
Beberapa komoditas yang menjadi unggulan ekspor produk perikanan Indonesia antara lain, udang dengan nilai ekspor US$ 1,82 miliar (Rp 26 triliun), tuna cakalang tongkol dengan nilai ekspor sebesar US$ 586 juta (Rp 8,4 triliun), rajungan kepiting US$ 491 juta (Rp 7 triliun), cumi sotong gurita US$ 426 juta (Rp 6,1 triliun), dan rumput laut sebesar US$ 269 juta (Rp 3,8 triliun).
Adapun untuk lima besar negara tujuan ekspor produk perikanan yakni, Amerika Serikat sebesar US$ 2,05 miliar (Rp 29 triliun), Cina sebesar US$ 682 juta (Rp 9,8 triliun), Jepang sebesar US$ 503 juta (Rp 7,2 triliun), negara-negara ASEAN sebesar US$ 423 juta (Rp 6,08 triliun), dan Uni Eropa sebesar US$ 259 juta (Rp 3,7 triliun).
Sebelumnya, untuk memenuhi target ekspor, KKP melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) mulai mengimplementasikan dua program di awal tahun 2022, untuk menggenjot produktivitas sektor perikanan budidaya di Indonesia.
Dua program tersebut yakni, pengembangan perikanan budidaya berbasis pada ekspor dengan komoditas unggulan di pasar global dan pembangunan kampung perikanan budidaya berbasis kearifan lokal.
KKP berfokus pada komoditas yang berorientasi ekspor dan mempunyai nilai ekonomis tinggi seperti udang, lobster, kepiting, dan rumput laut. Produksi udang sendiri ditargetkan mencapai 2 juta ton pada tahun 2024.
“Peningkatan produksi komoditas berorientasi ekspor jadi harga mati. Salah satu komoditas yang akan kita kejar terus produksinya adalah udang karena memang udang masih jadi primadona ekspor," kata Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Tb Haeru Rahayu.
Strategi untuk menggenjot produktivitas udang yakni dengan merevitalisasi tambak udang tradisional menjadi tambak udang semi intensif.
Selain revitalisasi tambak udang, KKP juga menggunakan strategi modelling tambak udang modern dengan target produksi 80 ton per hektare per tahun.