Kepastian Pasar-Aturan Jelas, Industri Tekstil Siap Investasi Jumbo

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww.
Pengunjung melihat beberapa produk fesyen di ruangan Jakarta Fashion Hub, Senin (6/12/2021). Jakarta Fashion Hub merupakan ruang kolaboratif yang mempertemukan fesyen dan kreativitas yang diharapkan dapat menjadi platform bagi penggiat kreatif, termasuk tekstil
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Maesaroh
18/1/2022, 14.21 WIB

Industri tekstil akan kembali melakukan investasi jumbo pada tahun ini. Investasor dalam jumlah besar dilakukan karena pelaku industri telah mengamankan beberapa peraturan yang menjamin kepastian pasar domestik. 

Investasi besar utamanya akan dilakukan untuk memproduksi rayon dan polyster.

"Produksi hulu akan menambah investasi sebesar Rp 12 triliun untuk produksi rayon dan polyester," kata Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kemenperin Elis Masitoh kepada Katadata, Selasa (18/1). 

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat utilisasi industri tekstil nasional mencapai 69,4% sepanjang 2021 dengan hasil produksi 6,92 juta ton. Adapun, seluruh nilai produksi industri tekstil pada tahun lalu mencapai Rp 1.496,68 triliun. 

Industri tekstil adalah industri yang memproduksi bahan baku garmen, seperti serat, benang, dan kain. Adapun, polyester dan rayon merupakan dua jenis serat yang diproduksi di dalam negeri. 

Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Wirawasta menyampaikan setidaknya sembilan pabrikan akan melakukan investasi pada awal 2022. 

 Namun demikian, Redma menilai investasi itu bukan disebabkan oleh peningkatan permintaan sepanjang 2022. 

"Safeguard dari pemerintah (untuk produk) benang, kain dan garmen, terus Peraturan Menteri Perdagangan No. 12-2020, Itu yang bikin (pelaku industri) confident  untuk investasi," kata Redma, pekan lalu. 

Menurutnya, krisis energi dan tingginya biaya pengapalan dapat dengan mudah diatasi oleh pelaku industri asal Negari Panda.

"Yang paling penting keberpihakan pemerintah," ucap Redma. 

 Sebelumnya, sembilan industri TPT telah melakukan investasi senilai Rp 10,5 triliun pada akhir 2021. Secara rinci, nilai investasi senilai Rp 2 triliun di Pulau Jawa dan Rp 8,5 triliun di Provinsi Riau. 

Kesembilan perusahaan TPT yang berinvestasi tersebut, yakni PT. Dhanar Mas Concern, PT. Embee Plumbon Textiles, PT. Kewalram Indonesia,  danPT. Pan Brothers Tbk.

Juga, PT. Anggana Kurnia Putra, PT. Sipatex Putri Lestari, PT. Bandung Djaja Textile, PT. Sinar Para Taruna Textile dan PT. Asia Pacific Rayon.

“Hal ini membuktikan bahwa industri TPT bukan sunset industry, bahkan menjadi sunrise industry," kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, akhir Desember lalu.

 Realisasi investasi tersebut di antaranya meliputi industri pembuatan serat, pembuatan benang, pembuatan kain sampai dengan industri pakaian jadi.

Agus mengatakan pengembangan industri dari investasi baru ini akan mempermudah industri TPT mendapatkan bahan baku.

Agus meyakini  industri TPT di Indonesia akan terus tumbuh di masa mendatang. 

Selain itu Kemenperin berupaya mendukung peningkatan iklim investasi dengan insentif fiskal maupun nonfiskal untuk meminimalisir dampak pandemi Covid-19 serta meningkatkan kinerja industri TPT.

Kontribusi industri TPT terhadap PDB sektor manufaktur sebesar 6,08% pada kuartal III tahun 2021. Pertumbuhan ini mengalami perbaikan menjadi sebesar 4,27% apabila dibandingkan kuartal II 2021 sebesar 0,48%.

Adapun ekspor TPT pada periode Januari-Oktober 2021 turut mengalami peningkatan sebesar 19% menjadi US$ 10,52 miliar (Rp 150 triliun).

Selain itu, nilai investasi juga mengalami kenaikan sebesar 12% sehingga menjadi Rp 5,06 triliun.

Reporter: Andi M. Arief