Penjualan industri semen pada telah melebihi posisi pra-pandemi. Kontribusi ekspor ke total penjualan semen yang terus meningkat pada tahun lalu dinilai menjadi pendorong utamanya.
Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mendata total penjualan semen pada 2021 mencapai 77 juta ton. Capaian itu naik tipis 0,96% dibandingkan realisasi 2019 sebesar 76,2 juta ton dan naik 6,94% dari posisi 2020 sebesar 72 juta ton.
"Program ekspor maju pesat, naik (sekitar) 25% tahun ini (2021) yakni sebesar 11,6 juta ton dibandingkan tahun lalu (2020) sekitar 9,2 juta ton," kata Ketua Umum ASI Widodo Santoso dalam keterangan resmi, dikutip Rabu (26/1).
Negara tujuan utama ekspor semen nasional adalah Bangladesh atau sebanyak 45% dari total volume. Negara tujuan ekspor selanjutnya adalah Filipina (11%), Cina (9%), Australia (9%), dan Taiwan (6%).
Sementara itu, konsumsi semen nasional tercatat naik 5,9% secara tahunan menjadi 66,21 juta ton. Realisasi ini masih lebih rendah dari capaian 2019 sebanyak 69,99 juta ton.
Seperti diketahui, pandemi telah memukul industri semen di dalam negeri dan membuat konsumsi semen nasional susut 10,4% menjadi 62,72 juta ton pada 2020. Walaupun kinerja ekspor naik 44% secara tahunan menjadi 9,27 juta ton, total penjualan industri semen pada 2020 merosot 5,8% menjadi 72 juta ton.
Pendorong utama membaiknya konsumsi semen domestik adalah peningkatan konsumsi di Pulau Jawa sebesar 5,5% menjadi 35,69 juta ton. Pertumbuhan ini di Pulau Jawa penting lantaran sekitar 55% konsumsi nasional berasal dari pulau ini.
Selain itu, pertumbuhan konsumsi semen juga didorong naiknya konsumsi di Pulau Sulawesi sebesar 20,1% menjadi 6,44 juta ton. Naiknya konsumsi ini ditopang permintaan di Sulawesi Tengah dan SUlawesi Barat karena proyek infrastruktur strategis, seperti jalan trans Sulawesi dan proyek pembangunan smelter.
"Kenaikan konsumsi di dalam negeri didominasi oleh kenaikan (semen untuk) properti sebesar 10,2%, sedangkan infrastruktur hanya 2,75% terhadap total konsumsi dalam negeri. Perkembangan pertumbuhan ekonomi nasional cukup menjanjikan, untuk 2022 diperkirakan kenaikan konsumsi semen dalam negeri berkisar 5%," kata Widodo.
Pada 2021, Widodo menyampaikan ada dua pabrik baru yang telah beroperasi pada 2021, yakni PT Semen Imasco Asiatic (Semen Singa Merah) di Jawa Timur dan PT Semen Grobogan di Jawa Tengah. Dengan demikian, total kapasitas terpasang industri semen nasional bertambah 5 juta ton menjadi 116 juta ton.
Dengan kata lain, kondisi kelebihan pasokan industri semen nasional kini bertambah menjadi 45 juta ton pada 2021. Pasalnya, rata-rata penjualan semen hanya dapat mencapai sekitar 70 juta ton per tahun.
"ASI bersama seluruh anggotanya mohon dengan sangat agar pemerintah segera mengeluarkan peraturan tertulis tentang tidak ada izin pembangunan pabrik baru sehingga kelangsungan kinerja industri semen bisa terjamin," ucap Widodo.
Widodo pun menilai angka penjualan 70 juta ton per tahun terancam dengan adanya isu ketersediaan dan harga batu bara belum lama ini. Menurutnya, batu bara menjadi komponen penting dalam penjualan ekspor industri semen.
Sejauh ini, kinerja ekspor berkontribusi sekitar 15% dari total penjualan. Alhasil, Widodo menilai efektivitas pelaksanaan DMO batu bara menjadi penting untuk menjaga kinerja ekspor yang pada akhirnya menjaga tingkat utilisasi industri semen nasional.