Harga Migor di Pasar Tradisional Belum Turun, di Aceh Masih Rp20 Ribu

ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/rwa.
Pedagang menata minyak goreng kemasan di kiosnya di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Rabu (26/1/2022). Harga minyak goreng di pasar tersebut masih belum sesuai kebijakan satu harga Rp14.000 per liter dikarenakan pedagang belum mendapatkan suplai minyak goreng dengan harga murah.
Penulis: Maesaroh
27/1/2022, 15.19 WIB

Pemerintah telah menggelontorkan operasi pasar minyak goreng (migor) dengan harga Rp 14.000/liter ke pasar-pasar tradisional mulai pekan ini. Namun, harga minyak goreng di pasar tradisional belum turun ke level yang ditetapkan pemerintah.

Dilansir dari Antara, harga minyak goreng curah di tingkat pedagang di pasar tradisional di Kabupaten Aceh Timur masih bertahan Rp 20 ribu per kilogram.

"Harga minyak saat ini tidak turun. Harga minyak goreng curah Rp20 ribu per kilogram dan harga minyak goreng kemasan Rp22 ribu per liter," kata Abdullah, pedagang di Pasar Tradisional Idi, Aceh Timur, dikutip dari Antara, Rabu (26/1).

Abdullah mengatakan meskipun pemerintah telah menginstruksikan harga jualnya Rp 14 ribu per liter. Namun, pihaknya masih menjual minyak goreng dengan harga sebelumnya.

"Jika kami menjual dengan harga yang ditetapkan pemerintah, kami rugi. Karena kami membeli di distributor dengan harga lebih dari Rp 14 ribu per kilogram. Kecuali modalnya murah, baru kami jual minyak dengan harga yang ditetapkan tersebut," kata Abdullah.

Sementara itu, Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Garut, Jawa Barat menyampaikan harga jual minyak goreng di pasar tradisional masih di atas Rp 14 ribu per liter.

Harga belum bisa mengikuti aturan pemerintah karena masih merupakan persediaan atau stok lama.

"Harga jual minyak goreng Rp 14 ribu per liter itu belum bisa dilakukan di pasar tradisional karena kalau diberlakukan kasihan pedagang rugi," kata Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Garut Nia Gania Karyana di Garut, dikutip dari Antara, Kamis (27/1).

Gania mengatakan kebijakan harga minyak goreng Rp 14 ribu per liter baru bisa diberlakukan untuk pasar modern seperti swalayan atau minimarket.

"Memang siapa yang akan mengganti kerugiannya, kalau pun harus disubsidi kami tidak ada anggarannya, jadi harga minyak di pasar tradisional belum bisa mengikuti sesuai kebijakan pemerintah," kata Gania.

Seorang pedagang sembako di Kecamatan Samarang, Garut, Yatno mengatakan minyak goreng yang dijualnya masih harga tinggi, tidak bisa bersaing dengan harga di pasar modern yang saat ini sudah Rp 14 ribu per liter.

Ia menjual minyak goreng seharga Rp 38 ribu kemasan dua liter, jika harus dijual Rp 14 ribu per liter tentunya rugi besar, jadi terpaksa bertahan di harga tersebut.

"Saya masih jual minyak dengan harga masih tinggi, saya ambil untung cuma Rp 2 ribu," kata Yatno.

Di Pasar Raya Kota Solok, Sumatera Barat harga minyak goreng mulai mengalami penurunan sejak tiga hari terakhir dari Rp20 ribu menjadi Rp 15 ribu per liter. 

Kendati minyak goreng kemasan sudah mengalami penurunan harga namun harga minyak curah masih bertahan di Rp 19 ribu per kilogram sampai saat ini.

Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), harga minyak goreng di pasar tradisional belum ada yang menyentuh angka Rp 14 ribu per kg, termasuk di wilayah DKI Jakarta.

Harga rata-rata minyak goreng kemasan 1 kg dijual ada di angka Rp 20.850/kg.

Minyak goreng kemasan di pasar tradisional Jakarta masih dijual di kisaran Rp 20.650/kg. Harga tertinggi ada di Provinsi Gorontalo yakni Rp 26.650/kg dan terendah di Sulawesi tengah Rp 18.250/kg.



Reporter: Antara