Mendag Sebut Elnina & Kebijakan Peternakan Cina Dongkrak Harga Kedelai

ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani/hp.
Perajin menggiling kedelai sebagai bahan baku tahu takwa khas Kediri di sentra industri tahu, Kelurahan Tinalan, Kota Kediri, Jawa Timur, Sabtu (29/5/2021).
Penulis: Maesaroh
17/2/2022, 18.49 WIB

Gangguan cuaca akibat fenomena Elnina di Argentina dan Brasil serta kebijakan baru pemerintah Cina di sektor peternakan membuat harga kedelai internasional melambung. Kenaikan harga kedelai tersebut langsung berimbas ke harga tahu tempe di pasar domestik.

Menteri Perdagangan M. Lutfi mengatakan fenomena Elnina tengah melanda Argentina dan Brasil sehingga membuat cuaca di kedua negara tersebut terganggu. Padahal, kedua negara tersebut termasuk produsen kedelai utama di dunia, selain Amerika Serikat.

"Dengan cuaca tidak menentu karena Elnina maka sedang terjadi banjir dan basah di Argentina dan Brasil  sehingga terganggu suplainya," tutur  Lutfi kepada media dalam kunjungan kerja nya di Makassar, Kamis (17/2).

 Selain itu, lonjakan harga kedelai juga dipicu oleh kebijakan restrukturisasi industri peternakan di Cina. Industri peternakan mengharuskan peternakan memberikan pakan berupa  kedelai untuk binatang mereka.

Kondisi ini membuat permintaan kedelai dari Cina melambung. Sebagai catatan,  Cina merupakan importir terbesar kedelai di dunia.

Pada tahun 2021, Cina mengimpor 96,52 juta ton kedelain, turun tipis 3,8% dibandingkan tahun 2020 (100,33 juta ton).
"Jadi permintaannya sangat tinggi menyebabkan harga sangat tinggi. Nah, ini yang menyebabkan harga kedelai di Indonesia juga tinggi," tutur Lutfi.

Mantan Dubes RI untuk Jepang tersebut mengatakan pemerintah akan mengambil kebijakan untuk mengatasi lonjakan harga kedelai. Kebijakan tersebut diharapkan sudah bisa diumumkan minggu depan.

"Kita sekarang sedang finalisasi (kebijakan) untuk menyiapkan mitigasi untuk harga kedelai tersebut. Kami akan putuskan pada kesempatan pertama minggu depan. Nanti akan saya umumkan kebijakannya," ujarnya.

Lutfi menambahkan Indonesia saat ini belum bisa memenuhi kebutuhan kedelai secara mandiri karena masih kecilnya produksi nasional.

"(Produksi kedelai nasional) antara 500 ribu-700 ribu ton. Itu 15-25% kebutuhan (nasional),"tuturnya.

 
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor kedelai pada tahun 2021  mencapai US$1,482 miliar atau Rp 21,04 triliun. Nilai tersebut meningkat 479,4 juta atau 47,78% dibandingkan tahun sebelumnya.

Volume impor kedelai mencapai 2,49 juta ton, atau naik 0,58% dibandingkan tahun sebelumnya.

Amerika Serikat menjadi pemasok utama kedelai impor dengan nilai impor mencapai  US$1,29 miliar atau Rp 18,32 triliun.

Volume impor dari Amerika Serikat mencapai 2,15 juta ton. Artinya, Amerika Serikat memasok sekitar 87% dari kebutuhan kedelai impor Indonesia.

Melonjaknya harga kedelai membuat pengrajin tahu dan tempe terbebani.  Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu (Gakoptindo) mencatat kenaikan harga kedelai membuat ribuan pengrajin tahu dan tempe di dalam negeri gulung tikar.

Jumlah pengrajin tahu dan tempe berkurang 20% atau sebanyak 30.000 unit karena fluktuasi harga kacang kedelai di pasar.
Pengrajin tahu dan tempe di Jawa berencana mogok produksi pada 21-23 Februari 2022 untuk mendesak pemerintah segera menstabilkan harga kedelai.