Minyak Nabati Langka, Harga CPO Melesat Dekati US$ 2.000 per Ton

ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid/rwa.
Pekerja mengumpulkan buah sawit di sebuah RAM Kelurahan Purnama Dumai, Riau, Jumat (21/5/2021).
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Yuliawati
10/3/2022, 07.00 WIB

Harga minyak sawit mentah internasional atau crude palm oil (CPO) diproyeksi dapat menyentuh rekor baru, yakni 8.100 Ringgit Malaysia atau setara dengan US$ 1.938 per ton. Melonjaknya harga CPO disebabkan minimnya ketersediaan minyak nabati dunia, penurunan surplus ekspor, dan dampak dari perang Rusia-Ukraina.

Direktur LMC International James Fry mengatakan harga CPO domestik di Malaysia akan ada di rentang 6.600-8.100 Ringgit Malaysia hingga Juli 2022. LMC Internasional adalah perusahaan konsultan agribisnis yang berbasis di Inggris.

"Lemari (pedagang CPO) telah kosong. Tidak ada alternatif lain selain membiarkan harga tinggi agar membatasi permintaan untuk menyeimbangkan pasar," kata Fry dalam konferensi industri di Kuala Lumpur, dikutip dari Reuters, Rabu (9/2).

Fry meramalkan harga CPO di Negeri Jiran baru akan turun ke level 6.000-7.000 Ringgit Malaysia pada paruh kedua 2022. Hal itu disebabkan oleh peningkatan pasokan CPO sesuai dengan kalender perkebunan dan berkurangnya permintaan.

Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), harga CPO di Bursa Malaysia Derivatives per 7 Maret 2022 telah mencapai 7.225 Ringgit Malaysia. Adapun, harga CPO untuk pengapalan Mei 2022 telah diperdagangkan di sekitar titik 6.622 Ringgit Malaysia atau US$ 1.583 per ton.

Sementara itu, harga CPO (CIF Rotterrdam) telah mencapai US$ 1.905 per ton per 7 Maret 2022. Angka itu naik 70,85% dari harga per 5 Maret 2021 di level US$ 1.115 per ton. Berdasarkan data CIF Rotterdam, harga CPO internasional naik 38% secara tahun berjalan.

Peningkatan harga CPO didorong oleh minimnya pasokan minyak nabati dunia, salah satunya minyak bunga matahari. Seperti diketahui Ukraina merupakan salah satu produsen terbesar minyak bunga matahari di dunia.

Fry mengatakan negara-negara di kawasan Laut Hitam memproduksi sekitar 60% dari total produksi minyak bunga matahari dunia atau sekitar 8 juta ton. Pengapalan minyak bunga matahari dari kawasan tersebut dinilai terhambat karena invasi Rusia terhadap Ukraina.

"Bulan lalu kami mengharapkan adanya ekspor minyak bunga matahari dari (kawasan) Laut Hitam lebih dari 2 juta ton sampai 13,5 juta ton pada 2021-2022. Yang jadi pertanyaan sekarang, sebesar apa (volume pengapalan minyak bunga matahari) akibat invasi (Rusia)," kata Fry.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira memperkirakan harga CPO akan terus bergerak. "(Pada tahun ini) mungkin sampai US$ 2.500 per ton. Intinya rally (harga CPO) akan menyentuh rekor baru terus, belum akan turun dalam waktu dekat," kata Bhima kepada Katadata.

Bhima menyebut lima hal pendongkrak harga CPO di pasar ekspor yang akan terus naik sepanjang 2022. Pertama, karena pertumbuhan harga minyak mentah dunia yang mencapai level US$ 127 - US$ 130 per barel.

Kedua, pasokan minyak nabati turun karena Perang Rusia-Ukraina yang menghentikan pengapalan minyak bunga matahari.

Ketiga, gagal panen kedelai di Amerika Selatan dan cuaca kering di Amerika Serikat bagian barat menurunkan produksi minyak kedelai. Keempat, turunnya produksi CPO di Malaysia akibat kekurangan tenaga kerja. Terakhir, berkurangnya pasokan CPO Indonesia akibat aturan DMO yang meningkat menjadi 30%.

Bhima mengatakan naiknya harga CPO internasional dapat menjadi peluang bagi pelaku industri nasional untuk menggenjot hilirisasi. Sebanyak 92,01% atau 31,44 juta ton ekspor CPO nasional pada tahun lalu merupakan produk antara industri CPO.

"Kalau hilirisasi, (ekspor CPO-nya) sampai produk jadi. (Momentum ini) harusnya bisa dimanfaatkan untuk mendorong industri turunan (CPO) sehingga tidak bergantung pada booming (harga)," kata Bhima.

Kementerian Perdagangan (Kemendag) mendata harga CPO Indonesia di pasar ekspor (FoB Dumai) mulai tumbuh sejak Juni 2020. Adapun, harga CPO nasional (FoB Dumai) terakhir kali turun pada Desember 2021 di posisi Rp 12.041 per liter.

Pada 14 Februari 2022, angka itu telah naik ke titik Rp 14.750 per liter saat kebijakan kewajiban pasar domestik (DMO) pertama kali dipatuhi oleh pelaku industri CPO. Harga CPO nasional (FoB Dumai) bahkan sempat menyentuh Rp 18.250 per liter pada 1 Maret 2022 sebelum akhirnya turun tipis ke level Rp 17.651 per liter pada 8 Maret 2022.

Berdasarkan data Kemendag, pertumbuhan harga CPO sejajar dengan pertumbuhan harga minyak goreng (migor) curah maupun kemasan sejak Juni 2021. Namun demikian, harga migor mulai menunjukkan pelemahan sejak Januari 2022 di titik Rp 17.752 per liter untuk migor curah dan Rp 20.406 untuk migor kemasan.

Pada Maret 2022, harga migor kemasan turun ke titik Rp 16.555 per liter. Adapun, harga migor curah telah susut ke posisi Rp 15.921 per liter atau hampir sama dengan harga CPO nasional (FoB Dumai) di level Rp 15.525 per liter.

Secara tahun berjalan, harga CPO nasional (FoB Dumai) telah tumbuh 32,22% dari posisi akhir 2021 senilai Rp 12.041 per liter. Di samping itu, harga CPO Malaysia di pasar internasional per Maret 2022 telah tumbuh 47,51% secara tahun berjalan menjadi Rp 22.324 per liter dari posisi akhir 2021 senilai Rp 15.133 per liter.

Reporter: Andi M. Arief