Pasokan minyak goreng curah di beberapa daerah terpantau langka. Polisi mendalami indikasi penimbunan dan juga oknum yang menggunakan minyak goreng curah menjadi kemasan.
Berdasarkan pantauan, stok minyak goreng sulit ditemukan di pedagang Pasar Tradisional Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Jika tersedia, minyak goreng dijual terbatas dan di atas harga eceran tertinggi (HET).
Sumarni, salah satu pedagang di Pasar Boyolali Kota mengatakan minyak goreng curah di Pasar Boyolali Kota memang sulit ditemukan. “Kalau mau dapat minyak goreng curah dua jerigen harus antre di Pasar Legi Solo. Kalau terlambat, stoknya sudah habis,” ujarnya, Kamis (24/3).
Kepala Dinas Perdagangan dan Pasar Kabupaten Boyolali Karseno menjelaskan stok minyak goreng curah di Boyolali terbatas karena tidak ada distributor. Jadi Boyolali harus menunggu pasokan dari sales asal Solo, Klaten, Salatiga, Semarang dan daerah lainnya," katanya.
Pasokan minyak goreng curah yang terbatas juga terjadi di Kota Yogyakarta. Agen minyak goreng bahkan tidak mendapat kepastian waktu distribusi berikutnya.
“Kami melakukan pemantauan di dua agen minyak goreng curah. Semuanya kosong. Tidak memiliki stok,” kata Kepala Bidang Ketersediaan Pengawasan dan Pengendalian Perdagangan Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta Riswanti di Yogyakarta, Rabu (23/3).
Sementara itu, Dinas Perdagangan Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, membenarkan terjadi kelangkaan minyak goreng curah di wilayah ini karena pasokan yang tidak lancar. Kepala Seksi Distribusi Bidang Perdagangan Dinas Perdagangan (Disdag) Gunung Kidul Sigit Haryanto mengatakan bahwa persediaan minyak curah minim karena rendahnya permintaan, dan ditambah distribusi yang kurang lancar.
"Berdasarkan laporan petugas di lapangan, distribusi minyak goreng curah kurang," kata Sigit.
Di Makasar, sejumlah pedagang pasar mengeluhkan minyak goreng curah yang berkurang. Sementara minyak goreng kemasan membanjiri pasar.
"Minyak goreng curah hilang, sudah tidak ada jual, sekarang jual minyak kemasan, harganya mulai Rp55 ribu sampai Rp60 ribu, isi dua liter," ungkap pedagang pasar Tradisional Pa'baeng-baeng, Niami.
Ia mengatakan, hampir dua pekan distribusi minyak goreng curah ke pedagang pengecer di pasar tidak masuk. Walaupun minyak goreng tetap ada, namun dijual dalam bentuk kemasan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk minyak goreng tetap dipertahankan untuk minyak goreng curah. Terkait kelangkaan minyak curah yang dirasakan oleh masyarakat, Airlangga menuturkan bahwa pemerintah tengah dalam proses pendistribusian terutama untuk beberapa pasar di Jakarta.
“Pemerintah tetap menjaga yang Rp 14.000 tapi dalam format curah dan kemudian format lain dalam bentuk keekonomian, Tadi saya lihat ada yang harganya Rp 18.000 sampai Rp 22.000 dalam bentuk kemasan,” kata Menko Airlangga usai meninjau digitalisasi di Pasar Tomang Barat, Jakarta Barat, Kamis (24/3).
Dia memperkirakan kenaikan harga minyak goreng tidak akan berdampak pada inflasi kuartal pertama 2022 karena transmisi dari kenaikan harga akan memakan waktu.
"Februari masih sangat rendah bahkan deflasi, jadi kita liat di Maret nanti seperti apa terutama menjelang Lebaran. Jadi kenaikan harga belum terlalu berimbas karena transmisinya memakan waktu yang dimonitor jelang Ramadan," ujarnya.
Sementara itu, Kapolres Kota Cirebon, AKBP Fahri Siregar, mengatakan akan melakukan pendalaman terkait penemuan agen minyak goreng curah yang memiliki mesin kemasan. "Kita menemukan mesin kemasan untuk minyak goreng curah di salah satu agen," kata AKBP Fahri di Cirebon, Rabu (23/3).
Fahri mengatakan, pihaknya akan mendalami kegiatan pengemasan tersebut sudah memiliki izin atau tidak. Dia mengkhawatirkan agen minyak goreng curah tersebut tidak menjual minyak goreng curah langsung ke pedagang, namun diubah menjadi produk kemasan.
Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) mendalami adanya dugaan kartel minyak goreng dengan mengerahkan satgas pangan daerah.
“Saat ini masih kami dalami adanya dugaan kartel, untuk itu kami arahkan Satgasda untuk melakukan monitoring dan penyelidikan di wilayah masing-masing,” kata Kasatgas Pangan Polri Irjen Pol. Helmy Santika saat dikonfirmasi di Jakarta, Rabu (23/3).
Minyak sawit merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia. Bukan hanya kuat sebagai produsen, Indonesia juga menjadi negara konsumen minyak sawit paling besar di dunia.
Menurut data Index Mundi, konsumsi minyak sawit di Indonesia mencapai 15,4 juta ton sepanjang 2021. Jumlah ini hampir dua kali lipat dari konsumsi minyak sawit di India yang sebesar 8,5 juta ton.