Dua Bendungan Kering Pertama di Indonesia Rampung Tahun Ini

ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/foc.
Suasana proyek pembangunan Bendungan Ciawi dan Sukamahi di Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (15/2/2022).
29/3/2022, 09.28 WIB

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) membangun dua bendungan kering (dry dam) Ciawi dan Sukamahi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pembangunan bendungan itu sebagai bagian dari rencana induk sistem pengendalian banjir (flood control) dari hulu hingga hilir untuk mengurangi kerentanan bencana banjir kawasan Metropolitan Jakarta. 

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, pengoperasin Bendungan Ciawi dan Sukamahi akan berbeda dengan bendungan lain karena merupakan bendungan kering. Dengan demikian, kedua bendungan ini baru akan digenangi air pada musim hujan, sementara pada musim kemarau akan kering. 

"Baik Bendungan Ciawi dan Sukamahi merupakan yang pertama kalinya dibangun di Indonesia. Kedua bendungan ini bukan untuk keperluan irigasi atau air baku, namun untuk meningkatkan kapasitas pengendalian banjir,'"ujar Basuki dalam siaran pers, Selasa (29/3).

Konstruksi Bendungan Ciawi mulai dilaksanakan secara bertahap sejak Desember 2016 dengan progres fisik selesai 100% pada 2021. Bendungan Ciawi memiliki volume tampung 6.05 juta m3 dan luas genangan 39.40 hektar dengan biaya pembangunan sebesar Rp798,7 miliar. 

Pada Tahun Anggaran 2021, proyek Bendungan Ciawi dilanjutkan ke tahap pekerjaan akhir dan fasilitas umum dengan dengan nilai kontrak Rp239,8 miliar. Pengerjaan lanjutan tahap II berupa timbunan mencapai progress 80,2 persen hingga 16 Februari 2022. Ditargetkan seluruh pekerjaan konstruksi selesai tahun ini.

Kementerian PUPR juga terus berkoordinasi dengan seluruh pihak terkait untuk mempercepat pembebasan lahan, sehingga penyelesaian Bendungan Ciawi selesai sesuai target. Berdasarkan data Kementerian PUPR, progres pengadaan lahan sudah mencapai 98,83% dengan target penyelesaian Uang Ganti Rugi (UGR) pada April 2022.

Pengadaan lahan bendungan dilakukan dengan skema dana talangan, di mana kontraktor membiayai terlebih dahulu dan nantinya akan dibayarkan melalui Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN). Kontrak pekerjaan Bendungan Ciawi ditandatangani pada 23 November 2016 dengan kontraktor pelaksana PT. Brantas Abipraya dan PT. Sacna.

Bendungan ini didesain untuk mengurangi debit banjir yang masuk ke Jakarta dengan menahan aliran air dari Gunung Gede dan Gunung Pangrango sebelum sampai ke Bendung Katulampa yang kemudian mengalir ke Sungai Ciliwung. Rampungnya pembangunan Bendungan Ciawi akan mereduksi banjir sebesar 111,75 m3 per detik.

Pembangunan Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi diperkirakan dapat mengurangi potensi banjir di Jakarta, minimal sebesar 30%. Presiden Joko Widodo mengatakan, pembangunan kedua bendungan tersebut merupakan salah satu antisipasi banjir di Jakarta yang dikerjakan di hulu. Hal ini harus diikuti dengan proses antisipasi banjir di hilir dengan normalisasi Ciliwung, pembangunan sodetan Ciliwung ke Banjir Kanal Timur (BKT), pembuatan sumur resapan, dan pembersihan drainase.

"Kalau semua itu dikerjakan, Insya Allah mengurangi banjir. Contoh, di Sukamahi diperkirakan mengurangi banjir di Jakarta 30%," kata Jokowi ketika meninjau pembangunan Bendungan Ciawi Kabupaten Bogor pada 2018 lalu.

Laporan Kementerian Keuangan menunjukkan, anggaran infrastruktur tahun 2021 merupakan yang terbesar dalam enam tahun terakhir, yaitu mencapai Rp 417,4 triliun. Anggaran tersebut termasuk pembangunan bendungan untuk mengatasi banjir Jakarta.