Efek Pandemi, Ekspor Industri Hasil Hutan Cetak Rekor di 2021

ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/YU
Tamu undangan melihat-lihat produk furniture yang dipamerkan pada acara "Trade, Industry, and Investment Working Group (TIIWG) Presidensi G20 di Hotel Alila, Solo, Jawa Tengah, Rabu (30/3/2022).
7/4/2022, 15.49 WIB

Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) menyatakan ekspor industri kehutanan nasional telah mencapai rekor baru, yaitu sebesar US$ 13,5  atau Rp 193,8 triliun pada 2021 (kurs Rp 14.358/US$). Angka tersebut merupakan total ekspor industri hulu sampai hilir di sektor kehutanan.

Ketua Umum APHI Indroyono Soesilo mengatakan salah satu pendorong pertumbuhan tersebut adalah perubahan perilaku akibat pandemi Covid-19. Menurutnya, pandemi membuat orang lebih banyak tinggal di rumah untuk berkegiatan sehari-hari. 

"Semua orang merehabilitasi rumah, membeli furnitur baru, sehingga tren ini meningkat" kata Indroyono dalam Indonesia Data and Economic Conference 2022 yang diadakan Katadata, Kamis (7/4). 

Berdasarkan data Forum Komunikasi Masyarakat Perhutanan Indonesia (FKMPI), produksi kayu dari hutan tanaman pada 2021 mencapai 46,43 juta meter kubik atau naik 1,2% secara tahunan. Adapun produksi kayu dari hutan alam naik 14,4% secara tahunan menjadi 6,013 juta meter kubik. 

Dari hasil produksi tersebut, performa ekspor sektor kehutanan naik 30,7% secara tahunan pada tahun lalu dari US$ 11,07 miliar menjadi US$ 14,48 miliar. Pertumbuhan tertinggi dialami industri serpih kayu yang naik 90,8% dari US$ 50,45 juta menjadi US$ 96,24 juta. 

Kontributor terbesar dalam ekspor sektor kehutanan adalah industri panel kayu, yakni senilai US$ 3,97 miliar atau naik 83% secara tahunan. Capaian itu diikuti oleh industri kertas dan pulp dengan masing-masing nilai ekspor mencapai US$ 3,72 miliar dan US$ 3,19 miliar. 

Realisasi ekspor furnitur kayu berada di posisi US$ 2,1 miliar atau naik 36,7% secara tahunan. Adapun Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) mendata total ekspor mebel pada Januari-November 2021 telah mencapai US$ 2,28 miliar atau naik 34,33%. Secara rinci, ekspor furnitur kayu senilai US$ 1,29 miliar atau naik 31,02%. 

"Kami proyeksikan 2022 tumbuh 16%, meskipun realisasi 2021 jauh lebih tinggi pertumbuhannya. Kami konservatif karena masih banyak hambatan," kata Presidium HIMKI Abdul Sobur kepada Katadata, Jumat (14/1). 

 Dengan demikian, laju pertumbuhan nilai ekspor industri mebel dan kerajinan dianggap akan kembali sesuai proyeksi atau menjadi US$ 3,99 miliar pada 2022. Angka ini lebih tinggi dari perkiraan awal nilai ekspor 2022 senilai US$ 3,69 miliar. 

Sobur mengatakan, setidaknya akan ada dua penghambat laju pertumbuhan nilai ekspor pada 2022. Pertama, pasokan bahan baku ke industri, seperti kayu dan rotan. 

Sejauh ini, tantangan dalam penyediaan bahan baku kayu disebabkan oleh sertifikat Forest Stewardship Council (FSC) dan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK). Asosiasi menilai pelaku industri furnitur sulit memenuhi kayu dengan kedua sertifikat itu karena memiliki biaya yang tinggi, sedangkan mayoritas pelaku industri furnitur masih berskala industri kecil dan menengah (IKM). 

Pelaku industri mebel dan kerajinan dilaporkan masih sulit mendapatkan bahan baku rotan. Hal itu disebabkan oleh minimnya pasokan rotan, khususnya rotan Manau, serta jarak antara lokasi produksi rotan dan industri yang jauh. 

"Sehingga para pelaku industri mebel dan kerajinan orientasi ekspor tidak berani menerima order dari buyer, padahal permintaan riilnya cukup besar," ujar Sobur. 

HIMKI mendata nilai ekspor mebel dan kerajinan rotan konsisten stagnan cenderung menurun pada 2008-2020. Pada 2020, nilai ekspor mebel dan kerajinan rotan susut 1,63% menjadi US$ 181 juta dari capaian tahun sebelumnya senilai US$ 184 juta. 

Kedua, harga kontainer yang terus tumbuh sejak medio 2020. Harga kargo tertinggi adalah pengapalan menuju Amerika Serikat dengan kargo ukuran 40 feet per November 2021 mencapai US$ 22 ribu per kargo atau naik 1.000% secara tahunan.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Amerika Serikat menjadi negara tujuan ekspor kerajinan ukiran kayu terbesar Indonesia.

Reporter: Andi M. Arief