Harga Minyak Kedelai Dunia Melonjak Imbas RI Setop Ekspor Bahan Migor
Harga minyak kedelai dunia melonjak ke rekor tertinggi imbas larangan ekspor bahan baku minyak goreng Indonesia. Kebijakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu meningkatkan kekhawatiran tentang pasokan global minyak nabati alternatif yang sudah habis.
Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade melonjak ke 83,21 sen per lb pada Jumat (22/4). Nilai itu naik 4,5% dan sempat mencetak rekor tertinggi, sebelum turun kembali ke 81,42 sen per lb. Harga minyak kedelai sekarang telah meningkat hampir 50% sepanjang tahun ini.
"Ini adalah berita buruk bagi konsumen minyak nabati di banyak negara yang saat ini sangat bergantung pada minyak sawit, mengingat kekurangan minyak bunga matahari, minyak lobak dan minyak kedelai," kata Siegfried Falk, seorang analis di Oil World yang berbasis di Hamburg, seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (23/4).
Pasokan minyak nabati dunia anjlok akibat kehilangan pengiriman minyak biji bunga matahari dari Ukraina. Inflasi makanan telah menjadi perhatian utama di seluruh dunia setelah invasi Rusia ke Ukraina. Ukraina merupakan pengekspor utama gandum, jagung, barley, minyak bunga matahari dan minyak lobak.
Sebelumnya, permintaan minyak nabati melonjak akibat pelonggaran pembatasan Covid-19 di berbagai negara. Hal itu menyebabkan beberapa negara membatasi ekspor minyak nabatinya untuk keperluan domestik.
Negara yang menghentika ekspor kedelai yaitu Argentina. Begitu juga dengan Amerika Serikat dan Brasil yang membatasi pasokan minyak kedelai ke negara lain dengan menaikkan pajak ekspor. Kebijakan negara-negara produsen minyak kedelai itu menyebabkan pasokan kedelai global berkurang tajam dan mendongkrak harga jual.
Badan pangan PBB melaporkan bahwa harga pangan telah melonjak hampir 13% pada Maret ke rekor tertinggi baru. Minyak kelapa sawit adalah minyak nabati yang paling banyak digunakan di dunia dan digunakan dalam pembuatan banyak produk termasuk biskuit, margarin, deterjen, dan cokelat.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) melarang ekspor bahan baku minyak goreng mulai Kamis (28/4). Kebijakan ini berlaku hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Jokowi mengatakan, tujuan kebijakan ini adalah untuk menuhi pasokan serta menekan harga minyak goreng dalam negeri. Keputusan larangan ekspor bahan baku minyak goreng diambil dalam rapat kabinet tentang pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, terutama ketersediaan minyak goreng di dalam negeri.
“Saya akan terus memantau kebijakan ini agar minyak goreng melimpah dan harga terjangkau," kata Jokowi dalam konferensi pers, Jumat (24/4).
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mengungkapkan nilai ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) mencapai US$ 35 miliar pada 2021. Nilai ini meningkat 52,8% dari US$ 22,9 miliar pada 2020.
Naiknya nilai ekspor ini berkat harga rata-rata CPO yang tinggi pada 2021. Harga rata-rata mencapai US$ 1.194 per ton, 67% lebih tinggi dibanding US$ 715 per ton pada 2020.
Meski nilai ekspor meningkat, produksi CPO lebih rendah daripada 2020. Produksi CPO tercatat sebesar 46,89 juta ton pada 2021, turun dari 47,03 juta ton pada 2020.