Alasan Indonesia Masih Doyan Impor Jagung

ANTARA FOTO/Arnas Padda/nym.
Petani memisahkan biji jagung dari tongkolnya menggunakan mesin di Kecamatan Kelara, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Sabtu (26/3/2022). Petani setempat mengaku harga jual jagung di tingkat petani di daerah itu Rp3.700 per kilogram yaitu turun 26 persen dibanding harga jual pada musim panen sebelumnya yang mencapai Rp5.000 per kilogram akibat melimpahnya hasil panen.
6/5/2022, 14.08 WIB

Pasokan jagung dalam negeri belum bisa memenuhi kebutuhan kebutuhan industri pangan Indonesia sehingga masih impor. Pasokan jagung lokal untuk industri pangan di Indonesia baru mencapai 700 ribu ton.

Sementara kebutuhan jagung untuk industri pangan di Indonesia mencapai 1,2 juta ton pada 2021. Kebutuhan jagung tersebut diperkirakan bertambah hingga 1,6 juta ton di 2022, seiring dengan mulai beroperasinya satu industri pati jagung baru.

Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif mengatakan, masih rendahnya pasokan jagung lokal untuk industri pangan disebabkan masih banyak yang belum bisa memenuhi syarat kandungan aflatoksin di bawah 20 ppb (part per billion). Angka itu merupakan syarat maksimum kandungan aflaktoksin dalam jagung untuk  industri pangan.

Sedangkan untuk bahan baku industri pakan, syarat kandungan aflaktoksin maksimum 50 ppb. “Kebutuhan jagung untuk bahan baku industri pakan saat ini mencapai delapan hingga sembilan juta ton per tahun, hampir 100% dari kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dari dalam negeri,” kata Febri dalam keterangan tertulis, Jumat (6/5).

Aflatoksin adalah cemaran mikotoksin yang dihasilkan dari metabolisme cendawan Aspergilus flavus. Zat tersebut terkandung dalam biji jagung serta kacang-kacangan dan bersifat karsinogenik.

Kandungan aflatoksin yang dikonsumsi dalam jumlah melebihi batas dan dalam jangka waktu lama dapat membahayakan kesehatan. Amerika Serikat menetapkan kandungan aflaktoksin total pada pangan maksimum 20 ppb.

Sementara itu, Uni Eropa memberlakukan aturan kandungan aflatoksin total yang lebih ketat pada produk pangan yaitu maksimum sebesar 4 ppb. Bahkan untuk susu formula dipersyaratkan bebas kandungan aflatoksin.

Di Indonesia, standar mengenai kandungan aflatoksin total jagung untuk pangan maupun pakan telah diatur dalam SNI 8926:2020 tentang jagung, yaitu sebesar 20 ppb untuk pangan. Dalam SNI ini, selain kandungan aflatoksin total, diatur pula kadar air maksimal pada jagung. 

Untuk mendapatkan jagung dengan kandungan kadar aflatoksin total di bawah 20 ppb, jagung hasil panen harus segera dikeringkan dan disimpan di tempat yg tidak banyak terdapat kandungan uap air, seperti silo. Namun saat ini, Febri mengatakan, jumlah mesin pengering dan silo tempat penyimpanan jagung sangat terbatas.

"Hasil panen jagung dari dalam negeri belum maksimal diolah menjadi bahan baku yang memenuhi kriteria industri pangan," ujarnya.

Menurut Febri, Kementerian Perindustrian berupaya meningkatkan ketersediaan bahan baku bagi industri termasuk yang bersumber dari lokal. Salah satunya melalui program nilai tambah dan daya saing di sektor industri agro.

Program tersebut antara lain melalui perbaikan rantai pasok di sektor industri makanan, hasil laut, dan perikanan. Selain itu, Kementerian Perindustrian mengembangkan hilirisasi industri pati jagung yang bertujuan untuk substitusi impor.

“Dengan meningkatkan kualitas pengolahan hasil panen jagung dalam negeri, diharapkan dapat mendukung penyerapan produk tersebut ke dalam rantai pasok industri makanan,” pungkas Febri.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo kembali mengingatkan jajarannya untuk mengurangi pembelian barang impor. Ia bahkan heran Indonesia sampai saat ini masih saja mengimpor komoditas pangan seperti kedelai dan jagung.

Padahal menurutnya, dua tanaman ini bisa ditanam di banyak wilayah yang tersebar di Tanah Air. Oleh sebab itu Jokowi meminta pemerintah pusat dan daerah membenahi hal ini.

"Tanam jagung di manapun juga tumbuh, kenapa masih impor?," kata Jokowi dalam pembukaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional di Istana Negara, Kamis (28/4).

Berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO) yang dipublikasikan Kementerian Pertanian (Kementan), rata-rata produksi jagung Indonesia pada 2014-2018 sebesar 24,27 juta ton. Capaian produksi jagung Indonesia tersebut berkontribusi sebesar 2,19% terhadap produksi jagung dunia.