Petani Setop Panen Sawit, Harga TBS Anjlok Sejak Larangan Ekspor CPO

Muhammad Zaenuddin|Katadata
Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) melakukan aksi unjuk rasa di wilayah Patung Kuda, Jakarta, Selasa, (17/5/2022). Dalam aksi tersebut mereka menuntut pemerintah untuk mencabut larangan ekspor minyak goreng dan CPO yang diduga menyebabkan anjloknya harga TBS (tandan buah segar) kelapa sawit dan mengakibatkan perekonomian rumah tangga petani sawit se-Indonesia menjadi sangat tertekan.
17/5/2022, 12.39 WIB

Sekitar 100 orang yang terdiri dari petani dan mahasiswa melakukan demo ke kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyikapi larangan eskpor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan sebagian produk turunannya. Kebijakan tersebut menyebabkan perusahaan kelapa sawit minim menyerap harga tandan buah segar (TBS) petani sehingga harganya anjlok.

Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Gulat Manurung mengatakan, harga yang anjlok menyebabkan petani terpaksa setop memanen TBS karena tidak menguntungkan. 

"Sekarang sudah tidak ada lagi memanen (TBS) karena tidak ada harganya. Upah panen Rp 1.000 (per kilogram/Kg), harga jual cuma Rp 1.400 per Kg, tekor kami Rp 600 per Kg (kalau panen)," kata Gulat saat menyampaikan aspirasi di depan kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Selasa (17/5).

Kebijakan larangan ekspor menyebabkan perusahaan kelapa sawit tidak bisa menyalurkan produknya ke dalam negeri. Kondisi ini menyebabkan tangki penyimpanan minyak sawit mentah (CPO) telah penuh.

Tangki penyimpanan yang penuh tersebut akhirnya mendorong perusahaan kelapa sawit tidak menyerap TBS petani. Petani pun akhirnya mengalami kerugian hinga Rp 1,8 triliun.

Halaman:
Reporter: Andi M. Arief