PT Bumi Resources, Tbk. (BUMI) tetap dapat menjaga kegiatan operasional mendekati normal dengan mencatatkan total laba bersih pada Q1/2022 mencapai USD 120,6 juta, atau sekitar Rp1,8 triliun dengan perhitungan kurs Rabu (1/6).
Jumlah ini meningkat sebesar 380,5% jika dibandingkan dengan Q1/2021 yang mencapai USD 25,1 juta.
Hal ini membuat laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik menjadi USD 43,3 juta atau sekitar Rp651,4 miliar. Jumlah ini meningkat sebesar USD 55 juta dibandingkan tahun lalu, di mana mereka rugi sebesar USD 11,7 juta pada Q1/2021.
Laba bersih ini mengacu pada pendapatan Q1/2022 BUMI yang mencapai USD 1.377,9 juta atau sekitar Rp20,3 triliun. Pendapatan ini meningkat sebesar 32,6% jika dibandingkan dengan Q1/2021 yang mencapai USD 1.039,5 juta.
Beban pokok pendapatan juga meningkat 25,5% karena efek peningkatan Royalti menjadi 28%. Pada Q1/2022 mencapai USD 1.052.5mn, jika dibandingkan Q1/2021 yang mencapai USD 838.4mn.
Laba usaha meningkat 78,5% pada Q1/2022 menjadi USD 259,7 juta, dari sebelumnya USD 145,5 juta di Q1/2021. Sementara Laba sebelum pajak meningkat sekitar 122,1% menjadi USD 190,8 juta, dari sebelumnya USD 85,9 juta di Q1’2021.
"BUMI selalu memastikan yang terbaik untuk menjaga produksi mendekati normal seiring dengan menurunnya pandemi Covid-19. Hujan deras dan efek La Nina di area pertambangan berimbas pada penurunan produksi," bunyi keterangan resmi perusahaan, Rabu (1/6).
Pada Q1/2022 Perseroan menghasilkan peningkatan produksi sebesar 16%, menjadi 16,3 MT dibandingkan 19,3 MT pada periode yang sama di 2021.
Namun, harga jual rata-rata meningkat 59% dari USD 53,1 per ton di Q1/2021, menjadi USD 84,5 per ton di Q1/2022. "Peningkatan ini sejalan dengan pemulihan harga batubara global dan tren bullish saat ini yang dipicu oleh ketidakseimbangan pasokan dan telah membawa harga batubara ke level tertinggi dalam 10 tahun," jelas BUMI.
Pembayaran sebesar USD 613 juta atas utang pokok dan bunga Tranche A telah dibayarkan hingga saat ini (April 2022).
Melihat tren membaiknya sektor batubara dengan adanya kenaikan harga batubara yang masih berlanjut pada kuartal II - 2022, Perseroan berharap dapat meningkatkan kinerjanya secara signifikan di 2022. "Meskipun masih terdapat berbagai macam tantangan baik global maupun domestik yang mempengaruhi pemulihan ekonomi Indonesia," jelas Perseroan.