PT Pupuk Kalimantan Timur terus menancapkan kukunya sebagai produsen urea utama kelas dunia. Bahkan, sejak peresmian pabrik kelima Pupuk Kaltim oleh Presiden Joko Widodo pada 2015 yang menjadikannya produsen urea terbesar di Asia Tenggara, manajemen badan usaha milik negara itu optimistis segera menguasai pasar Asia Pasifik.
Direktur Utama PT Pupuk Kaltim, Rahmad Pribadi, mengatakan keyakinannya melaju dan memimpin pusaran pasar global. Bekalnya yakni kapasitas produksi perusahaan, ekosistem inovasi, SDM yang unggul, serta rekam kinerja positif selama 44 tahun.
“Kami mampu menyediakan produk-produk pupuk untuk pemenuhan kebutuhan pasar domestik maupun memaksimalkan peluang di pasar global,” kata Rahmad di Bontang, Kalimantan Timur, Selasa (7/6).
Besarnya potensi untuk penetrasi pasar global sudah masuk dalam perhitungan manajemen. Mereka memprediksikan tren permintaan pupuk urea terus meningkat seiring bertambahnya populasi global. “Tren tersebut juga tercermin dalam kinerja positif perusahaan, yang kami pertahankan di kuartal pertama tahun ini,” ujarnya.
Pada tahun lalu, Pupuk Kaltim menorehkan laba setelah pajak Rp 6,17 triliun, tertinggi dalam sejarah berdirinya perusahaan ini sejak 44 tahun lalu. Bahkan, kinerja positif selama 2021 tersebut mampu dipertahankan di awal tahun ini.
Pada kuartal pertama 2022, Pupuk Kaltim mencatatkan laba setelah pajak Rp 3,19 triliun. Jumlah ini meningkat hampir empat kali lipat dibanding kuartal pertama 2021. Bahkan, selama bulan April 2022 saja, perolehan laba Pupuk Kaltim telah tembus Rp 2 triliun.
Rahmad mengatakan, kinerja positif tersebut tidak lepas dari penerapan growth strategy yang dipersiapkan oleh PKT dengan berfokus pada tiga pilar utama. Pertama, keunggulan operasional dan rantai pasok melalui efisiensi energi dan optimalisasi infrastruktur.
Kedua, keunggulan diversifikasi dengan mengembangkan bisnis di sektor hilirisasi petrokimia serta energi terbarukan. Ketiga, keunggulan jangkauan pasar dengan peningkatan kapasitas domestik dan ekspansi di pasar global. Ketiga strategi ini pun diterapkan perusahaan untuk meraih keseimbangan antara people, planet, dan profit.
Saat ini Pupuk Kaltim memiliki 13 pabrik: lima pabrik amoniak, lima pabrik urea, satu pabrik NPK Fused Granulation, satu pabrik NPK blending, dan satu pabrik boiler batu bara. Semuanya terletak di kawasan seluas 443 hektare di Bontang, Kalimantan Timur.
Kapasitas produksi setiap tahun sebanyak 3,43 juta ton urea dan 2,74 juta ton amoniak. Hal ini menjadikan Pupuk Kaltim sebagai produsen urea terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Sementara dalam memproduksi NPK, Pupuk Kaltim memiliki kapasitas 300 ribu ton per tahun.
Direktur Operasi dan Produksi PKT, Hanggara Patrianta mengatakan, untuk mempertahankan konsistensi kinerja positif produktivitas, perusahannya akan terus memperkuat keunggulan operasional. Salah satu contohnya yakni menggiatkan proses riset dan implementasi beragam teknologi mutakhir untuk memberikan efisiensi energi dan pemakaian bahan baku.
“Misalnya dengan proses revitalisasi unit ammonia pabrik kedua yang nantinya dapat menurunkan pemakaian gas bumi hingga 4 mmbtu per ton,” kata Hanggara.
Selain itu, transformasi digital tidak luput dari agenda perusahaan. Transformasi digital ini menyeluruh dilakukan mulai dari produksi, distribusi, hingga teknologi pemupukan, yang terbukti memacu pertumbuhan perusahaan secara berkelanjutan.
Menurut Rahmad, industri petrokimia berperan besar sebagai penggerak utama perekonomian di masa yang akan datang sehigga menjadikannya salah satu industri prioritas nasional. Sebagai pemain terdepan di industri petrokimia yang juga menyokong ketahanan pangan nasional, Rahmad dan timnya terus mengasah kemampuan produksi dan teknologi kompleks.
Selama pandemi, menurut Rahmad, Pupuk Kaltim telah membuat 16 aplikasi dan berhasil meningkatkan produktivitas hingga 141%. Capaian-capaian tersebut seiring dengan pemenuhan terhadap kemajuan dan keberlanjutan sektor pertanian domestik. “Ini dalam meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani, serta menjaga rantai pasok pupuk subsidi di dalam wilayah tanggung jawab perusahaan,” ujarnya.
Saat ini total kapasitas produksi pupuk secara grup oleh PT Pupuk Indonesia beserta 10 anak perusahaannya sebanyak 13.752.500 ton per tahun. Urea menjadi jenis pupuk yang memiliki kapasitas produksi tertinggi, hingga 9.362.500 per tahun.
Anak perusahaan PT Pupuk Indonesia yang memproduksi pupuk urea yakni PT Pupuk Kalimantan Timur, PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk Kujang, PT Pupuk Iskandar Muda, dan PT Pupuk Sriwidjaja Palembang.
Simak grafik Databoks berikut ini: