Harga Minyak Fluktuasi, Pertumbuhan Industri Tekstil Diramal Melambat

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww.
Pengunjung melihat beberapa produk fesyen di ruangan Jakarta Fashion Hub, Senin (6/12/2021).
Penulis: Andi M. Arief
15/6/2022, 11.45 WIB

Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) memprediksi, laju pertumbuhan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) melambat pada kuartal II. Hal ini karena harga minyak bumi dan dolar Amerika Serikat (AS) berfluktuasi.

Sekretaris Jenderal API Rizal Tanzil Rakhman memperkirakan, pertumbuhan industri tekstil dan produk tekstil pada kuartal II lebih rendah dibandingkan realisasi Januari - Maret 14,2%. Meski begitu, pertumbuhannya diramal tetap di atas 10%.

Akan tetapi, proyeksi itu bisa berubah karena sentimen ekonomi global. “Kami prediksi masih tumbuh belasan persen,” kata Rizal kepada Katadata.co.id, Rabu (15/6).

“Semoga tidak ada fluktuasi dolar dan minyak. Kedua faktor ini harus kami amati setiap hari,” tambah dia.

Minyak bumi merupakan salah satu bahan baku pembuatan Polyester. Polyester merupakan jenis serat yang mendominasi konsumsi serat di dalam negeri, yakni 50%. 

Dalam industri tekstil dan produk tekstil, serat adalah bahan baku pembuatan benang. Secara umum, ada tiga jenis serat yang dipakai industri TPT nasional, yaitu polyester, kapas, dan rayon.

Selain minyak bumi, Rizal menilai harga baru bara menjadi faktor penting. Menurutnya, fluktuasi batu bara akan berpengaruh pada tarif listrik.

Sedangkan listrik menjadi komponen penting dalam struktur biaya industri tekstil dan produk tekstil.

Meski begitu, Rizal optimistis pertumbuhan industri tekstil dan produk tekstil 5% secara tahunan (year on year/yoy) tahun ini.

“Kami masih mengacu (pada target 5% yoy). Semoga faktor seperti batu bara, minyak bumi, varian Covid-19, peningkatan PPKM, tidak ada lagi," kata Rizal. 

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, industri pakaian jadi dan tekstil nasional terkontraksi 4,08% yoy tahun lalu. Penurunannya lebih kecil dibandingkan 2020 8,8%. 

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) pun mendata, utilisasi industri tekstil hanya 69,4% tahun lalu. Sedangkan industri pakaian 74,4%. 

Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kemenperin Elis Masitoh memprediksi, industri tekstil tumbuh 2,31% dan industri pakaian 5,84% tahun ini. Puncak pertumbuhan industri pakaian jadi dinilai terjadi pada kuartal I yakni 10,44%, sementara industri tekstil pada kuartal III sebesar 5,88%. 

Pertumbuhan terbesar diproyeksi terjadi pada industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki, yakni 6,38%. Proyeksi ini bahkan lebih besar dari pertumbuhan industri makanan 5,74%.  

Reporter: Andi M. Arief