Ahli Agrikultur Negara G20 Sarankan Intervensi Teknologi Pertanian

ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/nym.
Dosen dan Peneliti Teknologi Pertanian Universitas Jambi Dede Martino memeriksa tanaman lada yang dibudidayakan dengan metode stek hidroponik di Kenali Besar, Alam Barajo, Jambi, Minggu (19/6/2022). Budi daya lada dengan metode stek hidroponik atau Òhydro cuttingÓ tersebut memungkinkan petani mengontrol kondisi akar dan intervensi nutrisi lebih baik dibanding metode penanaman konvensional.
6/7/2022, 00.34 WIB

Para ahli pertanian negara G20 merekomendasikan adanya intervensi teknologi dalam pengelolaan sektor pertanian ke depan. Hal tersebut dikatakan Chair of Meetings of Agricultural Chief Scientist (MACS) G20, Fadjry Djufry, usai melakukan pertemuan di Bali, Selasa (5/7).

Fadjry mengungkapkan bahwa pemanfaatan teknologi untuk mendukung kinerja sektor pertanian di belahan dunia menjadi salah satu poin penting pertemuan para ahli di bidang agrikultura.

"Kita harapkan beberapa komunike itu bisa membawa apa yang kita inginkan, permintaan Indonesia, intervensi seperti apa di sektor teknologi dari negara maju," ujarnya melalui siaran pers.

Dia menambahkan, penggunaan teknologi di sektor pertanian mampu mendukung upaya ketahanan pangan, baik di level domestik maupun global. Indonesia misalnya, berhasil mengamankan kebutuhan beras dalam tiga tahun terakhir juga didukung oleh pemanfaatan teknologi.

"Jadi bisa dibayangkan kalau tidak ada intervensi teknologi, tidak mungkin kita bisa swasembada," kata Fadjry.

Lebih lanjut, dia menyatakan, draf komunike dari MACS G20 sedianya telah disusun dan disiapkan. Keputusan bulat mengenai poin-poin yang ada di dalam komunike itu akan ditentukan pada Rabu (6/7).

Pada pertemuan ini, para ahli dari negara anggota G20, negara tamu dan beberapa lembaga internasional membahas empat isu prioritas pertanian global yang diajukan oleh Indonesia, yaitu kebijakan ketahanan pangan pascapandemi covid-19; pertanian pertanian tangguh iklim (climate ressilient agriculture); food loss and waste (FLW); serta pertanian dan ketertelusuran digital.

Nantinya, komunike tersebut akan diserahkan kepada menteri pertanian G20 dalam forum Agriculture Working Group (AWG) yang berlangsung pada September 2022. MACS G20 kali ini mengusung tema Sustainable intensification to meet food security and environmental objectives.

Pertemuan tahunan G20 MACS, didasarkan pada inisiatif para menteri pertanian negara-negara G20 untuk menjawab isu spesifik maupun pertanyaan-pertanyaan sentral di bidang pertanian dan juga gizi, yang dianggap terlalu besar untuk diselesaikan hanya dengan upaya nasional.

Selain itu, pertemuan MACS juga diarahkan untuk mendorong koordinasi sistem penelitian pertanian di negara G20 dan mencari serta menerapkan strategi solusi bersama. Anggota G20 menyadari hasil penelitian pertanian, teknologi, serta inovasi memainkan peran yang sangat penting dalam mendukung produktivitas dan produksi, nutrisi, dan lingkungan yang lebih baik.

 Dengan demikian, setiap keberhasilan dalam pendekatan maupun implementasi setiap negara perlu dibagikan di antara anggota G20 sebagai solusi bersama.

Menurut laporan Our World in Data, luas lahan pertanian global pada 2020 sudah mencapai 1,63 miliar hektare. Angka tersebut meningkat 1,24% dibandingkan tahun 2018 yang seluas 1,61 miliar hektare.

Dalam rangka mendukung kampanye penyelenggaraan G20 di Indonesia, Katadata menyajikan beragam konten informatif terkait berbagai aktivitas dan agenda G20 hingga berpuncak pada KTT G20 November 2022 nanti. Simak rangkaian lengkapnya di sini.