Harga Tiket Pesawat Meroket, Garuda Indonesia: Penjualan Konstan

Garuda.Indonesia/instagram
Garuda Indonesia
19/7/2022, 17.41 WIB

PT Garuda Indonesia menyatakan bahwa penjualan tiket pesawat maskapainya tidak terpengaruh meskipun harganya melambung akibat menerapkan kebijakan fuel surcharge. Kebijakan fuel surcharge yang diizinkan oleh Kementerian Perhubungan diberlakukan untuk mengantisipasi kenaikan harga avtur yang semakin tinggi.

Direktur Utama PT Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, mengatakan bahwa masyarakat masih antusias melakukan perjalanan pasca pemerintah melonggarkan pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Kondisi itu menyebabkan penjualan tiket pesawat Garuda Indonesia masih stabil.

"Konstan kok (penjualan tiket). Mungkin masih tinggi antusias penumpang pasca covid," ujar Irfan kepada Katadata.co.id, Selasa (19/7).

Dalam kesempatan itu, Irfan juga menanggapi usulan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, untuk melakukan subsidi silang antara maskapai penerbangan dan penyelenggara kegiatan pariwisata. Irfan mengatakan bahwa Garuda Indonesia masih menunggu penjelasan detail mengenai usulan tersebut.

Dia mengatakan,  harga tiket merupakan salah satu komponen pengeluaran masyarakat untuk berwisata. "(Namun) Kita mesti cari tau lebih detail apakah memang harga (tiket pesawat) jadi issue?" ujarnya.

Skema Subsidi Silang

Sebelumnya, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) sedang membahas kemungkinan subsidi silang antara maskapai penerbangan dengan event organizer (EO) yang akan menyelenggarakan acara di destinasi wisata. Langkah ini bertujuan untuk menyiasati tingginya harga tiket pesawat terbang akibat lonjakan harga avtur.

Menteri Parekraf, Sandiaga S Uno, mengatakan konsep subsidi silang tersebut bisa diterapkan oleh EO yang menyelenggarakan kegiatan dengan jangka waktu yang panjang. Subsidi silang bisa dilakukan oleh EO dengan memasukkan komponen tiket pesawat dalam biaya penyelenggaraan acara.

"Karena (waktu wisata) lebih lama, biaya yang mereka (wisatawan) keluarkan dari tiket pesawat itu juga bisa lebih terdistribusi dengan biaya-biaya lain," kata Sandi dalam konferensi pers virtual, Senin (19/7).

Sandi meminta pelaku EO agar meramu subsidi silang tersebut secara mandiri. Pasalnya, pemerintah tidak akan memiliki pendanaan yang lebih untuk mensubsidi tiket pesawat wisatawan ke destinasi wisata.

Secara khusus, Sandi menantang EO konferensi, pertemuan, pameran, dan motivasi (MICE) untuk dapat merumuskan bagaimana subsidi silang dengan maskapai penerbangan dapat diterapkan. Sandi mencontohkan sebagian wisatawan dari ajang salah satu side event G20 di Bali memiliki jangka waktu tinggal yang cukup lama.

"Ada 1.100 partisipan yang hadir di seluruh dunia, mereka juga melakukan kegiatan wisata. Sebagian dari mereka belum pulang, sudah hampir 3 minggu lebih (berwisata di Bali)," kata Sandiaga.

Dia mengatakan, tingginya harga tiket pesawat saat ini membuat total biaya wisatawan untuk menghadiri acara MICE juga naik. Pelaku usaha EO diharapkan dapat menjaga tingkat kunjungan di destinasi wisata sehingga momentum penambahan wisatawan bisa terus berlanjut.

"Jangan sampai keterbatasan jumlah penerbangan dan kursi karena meningkatnya harga avtur,  (menyebabkan) kunjungan wisatawan turun secara signifikan," kata Sandi.

Selain karena avtur, Sandi mengatakan naiknya harga tiket pesawat ke destinasi wisata disebabkan oleh timpangnya permintaan dan persediaan kursi pesawat. Oleh karena itu, pemerintah akan menambah kapasitas kursi dalam penerbangan ke destinasi wisata.

Mengutip data Pertamina, harga rata-rata avtur di Bandar Udara Soekarno-Hatta sudah naik 55,38% selama periode Januari-Juni 2022. Pada Januari 2022 harga rata-rata avtur tercatat sebesar Rp10.654,98/liter.

Pada bulan-bulan berikutnya, harga avtur terus naik hingga mencapai Rp16.555,88/liter pada Juni 2022. Untuk periode 15-31 Juli 2022, harga avtur bahkan diperkirakan kian tinggi hingga Rp17.362,8/liter.

Reporter: Andi M. Arief