Menperin Optimistis Ekonomi Q3 Tumbuh di Atas 5% Didorong Manufaktur

ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/aww.
Pekerja memantau produksi tisu basah yang dibuat dengan mesin di PT The Univenus Cikupa, Tangerang, Banten, Rabu (11/11/2020). Kementerian Perindustrian menyatakan pertumbuhan sektor industri manufaktur di kuartal III-2020 sebesar 5,25 persen dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
5/8/2022, 14.41 WIB

Kementerian Perindustrian atau Kemenperin memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal III-2022 akan tetap sebesar 5% secara tahunan. Pada kuartal II-2022, perekonomian Indonesia tercatat tumbuh 5,44% secara tahunan atau menjadi pertumbuhan tertinggi selama 12 bulan terakhir.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menghitung pertumbuhan perekonomian nasional sepanjang semester I-2022 telah mencapai 5,23% secara tahunan. Agus mengatakan, kontribusi terbesar dalam pertumbuhan sepanjang enam bulan pertama 2021 datang dari industri pengolahan non migas.

"Kami tetap yakin bahwa pertumbuhan ekonomi nasional kuartal III-2022 akan tetap pada posisi 5% secara tahunan. Ini tentu merupakan tantangan di mana industri harus bisa siap," kata Agus dalam Penandatanganan Nota Kesepahaman Penyerapan Garam Lokal, Jumat (5/8).

Salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi nasional dari sisi manufaktur adalah angka Purchasing Manager's Index atau PMI yang konsisten di atas 50,0. Per Juli 2022, PMI Indonesia tercatat naik ke posisi 51,3 dari capaian Juni 2022 sebesar 50,2.

Agus mengatakan, pertumbuhan PMI tersebut merupakan pertanda baik setelah tren pelemahan PMI Indonesia pada kuartal II-2022. Menurutnya, pertumbuhan PMI Indonesia per Juli 2022 cukup baik lantaran pada saat yang sama mayoritas negara manufaktur di dunia mencatatkan pelemahan PMI.

Beberapa negara manufaktur yang mencatatkan pelemahan adalah Cina, Jepang, Korea Selatan, Vietnam, dan Amerika Serikat. Agus mencatat, Indonesia termasuk dalam tiga negara dengan pertumbuhan PMI pada Juli 2022.

"PMI itu keyakinan pelaku industri terhadap prospek ekonomi, sehingga para manajernya bukan hanya melakukan perencanaan produksi, tapi melakukan penyerapan bahan baku, tenaga kerja, dan lain-lain," kata Agus.

Nota Kesepahaman Garam

Salah bahan baku yang penyerapannya akan tumbuh di kuartal III adalah garam. Hari ini, Agus menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman industri garam di Indonesia. Sebanyak 15 industri pengolah garam akan menyerap garam lokal hasil produksi dari 27 petambak garam di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Agus mengatakan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2022 akan membuat serapan garam di dalam negeri semakin besar. Agus berharap industri pengguna garam dan pengolah garam dapat memprioritaskan garam lokal saat kebutuhan garam meningkat pada Juli-September 2022.

Sepanjang 2021, Agus menargetkan industri pengolah garam dapat menyerap 1,05 juta ton garam lokal. Sejauh ini, total garam yang terserap oleh industri pengolah garam baru sekitar 283,500 ton atau 27% dari total target.

Agus berharap target serapan garam oleh industri pengolah garam dapat dicapai pada paruh kedua 2022. Hal tersebut disebabkan oleh puncak panen garam yang terjadi pada Agustus-November 2022. 

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor garam Indonesia pada 2021 mencapai US$107,52 juta dengan volume 2,83 juta ton. Nilai impor tersebut naik 13,7% dibanding tahun sebelumnya, yang sebesar US$94,5 juta dengan volume 2,6 juta ton.

Reporter: Andi M. Arief