Industri otomotif Indonesia tumbuh 7,35% pada kuartal II-2022, melebihi pertumbuhan industri sebesar 4,33%. Produk industri otomotif Indonesia bahkan sudah diekspor lebih ke 80 negara.
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, mengatakan bahwa Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan pelaku industri berupaya meningkatkan basis produksi dan memperluas pasar ekspor kendaraan dengan menggunakan berbagai perjanjian perdagangan yang ada. Hal ini untuk mewujudkan visi menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi regional untuk semua jenis kendaraan.
“Atas nama Pemerintah Republik Indonesia, kami mengucapkan selamat dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas capaian dan kontribusi para produsen kendaraan, komponen, sukucadang yang telah mendukung perkembangan industri otomotif tanah air dengan membawa masuk devisa dari ekspor ke lebih dari 80 negara. Mereka adalah ‘pahlawan devisa’ kita,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangan tertulis, Kamis (11/8).
Dalam setahun terakhir, berbagai capaian telah ditunjukkan oleh industri otomotif. Di antaranya, pertumbuhan hingga 7,35% pada kuartal kedua tahun 2022, jauh lebih tinggi dari pertumbuhan industri yang mencapai 4,33%.
Saat ini, terdapat 21 industri perakitan kendaraan roda empat atau lebih di Indonesia, dengan total investasi Rp140 triliun. Dari investasi tersebut, 83,3% berasal dari Jepang, 7,5% dari Korea Selatan, dan 8,1% dari Republik Rakyat Tiongkok.
“Sedangkan sisanya berasal dari Uni Eropa dan penanaman modal dalam negeri,” kata Agus.
Dari sisi komersial, ekspor otomotif Indonesia telah mencapai lebih dari 80 negara. Termasuk, baru-baru ini, membuka pasar ke Australia yang terkenal memiliki spesifikasi yang ketat.
Agus juga mengapresiasi peningkatan jumlah model kendaraan yang diproduksi di dalam negeri. Ia berharap dengan meningkatnya pilihan model kendaraan akan menambah tawaran model untuk pasar ekspor.
Namun demikian, Agus mengatakan, masih banyak tantangan yang dihadapi oleh industri otomotif. Beberapa tantangan di antaranya kekurangan bahan baku, masalah semi-konduktor, logistik dan transportasi, juga biaya energi yang tinggi.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, perusahaan perlu untuk mengembangkan sayap untuk menjangkau pasar-pasar baru, menguatkan inovasi, serta meningkatkan anggaran research & development (R&D). Menurut Agus, hal ini akan menjadi basis bagi Kemenperin dalam memperjuangkan insentif untuk industri otomotif.
“Inovasi serta ketersediaan bahan baku merupakan kunci bagi masa depan industri otomotif,” tegas Agus.
Kemenperin dan para stakeholder juga berupaya memastikan bahwa proses produksi industri otomotif dapat berjalan dengan baik, termasuk dalam hal ketersediaan bahan baku.
“Kami juga meminta komitmen para pelaku industri otomotif untuk meningkatkan kandungan produk lokal, baik suku cadang maupun komponen, dalam proses manufaktur,” ujar Agus.
Produk domestik bruto (PDB) sektor perdagangan mobil, sepeda motor, dan reparasinya atas dasar harga berlaku (ADHB) mencapai Rp407,88 triliun pada 2021.
Angka tersebut porsinya mencapai 18,54% dari PDB sektor perdagangan besar dan eceran yang totalnya berjumlah Rp2,2 kuadriliun.