Batam Aero Technic berencana melakukan ekstensifikasi dengan membangun delapan hanggar yang bisa menampung 24 pesawat udara tipe berbadan sedang atau narrow body, yaitu Boieng 737 dan Airbus 320. Pengembangan kawasan ekonomi khusus ini diharapkan dapat menghemat devisa 30%-35% dari kebutuhan jasa perawatan dan perbaikan pesawat maskapai penerbangan nasional senilai Rp 26 triliun per tahun yang selama ini mengalir ke luar negeri.
Corporate Communications Strategic of Lion Air Group, Danang Mandala Prihantoro, mengatakan Batam Aero Technic merupakan perusahaan penyedia jasa perawatan dan perbaikan pesawat atau maintenance repair and overhaul (MRO). Anak usaha Lion Air yang mulai beroperasi pada 2014 tersebut telah merawat dan memperbaiki pesawat-pesawat dari berbagai maskapai seperti Jhonlin Air Transport, DrukAir, Tri MG Airlines, US Bangla Airlines dan Lion Air Group.
"Layanan perawatan untuk maskapai lainnya akan dikembangkan secara bertahap," kata Corporate Communications Strategic of Lion Air Group, Danang Mandala Prihantoro, melalui keterangan tertulis yang dikutip Senin (29/8).
Kawasan Batam Aero Technic di Batam Kepulauan Riau telah dibangun di lahan seluas 30 hektare (Ha) yang disediakan oleh Badan Pengusahaan Batam. Lahan tersebut memiliki kapasitas hanggar 19 jalur perawatan pesawat, dua fasiltias pengecatan pesawat dan hanggar pembersihan, satu gedung suku cadang seluas 4.000 m2, serta satu unit gedung sarana perawatan komponen pesawat.
BAT didukung kurang lebih 2.000 personil dengan target nilai investasi yang pada 2023 yaitu Rp 1,24 triliun.
"Pada perkembangannya, BAT memenuhi kriteria-kriteria menurut ketentuan tentang penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sejak diperkenalkan pada 12 Juni 2021 sesuai PP No 67 Tahun 2021 dan memenuhi kualifikasi rencana bisnis yang mampu memberikan dampak bagi pertumbuhan ekonomi nasional khususnya industri aviasi," ujar Danang.
Pada 2030, nilai investasi BAT ditargetkan mencapai Rp 7,29 triliun serta dapat menyerap tenaga kerja berkisar 9.976 orang. Kemampuan dan kapabilitas BAT dalam jangka menengah serta mendatang diharapkan mampu mendukung dan memenuhi pasar Asia Pasifik yang diprediksi mempunyai rata-rata (kisaran) 12.000 unit pesawat udara dengan nilai bisnis berkisar US$ 100 miliar pada 2025.
Menurut data Statista, permintaan penerbangan global diproyeksikan tumbuh 51% pada 2022. Permintaan penumpang pesawat global diperkirakan tumbuh seiring dengan gencarnya vaksinasi Covid-19 serta pelonggaran pembatasan kegiatan masyarakat yang mulai diterapkan di banyak negara.