Indonesia Property Watch atau IPW menyatakan bahwa generasi milenial akan semakin sulit membeli rumah. Berdasarkan data IPW, sebanyak 40,95% generasi milenial yang memiliki rumah saat ini, mendapatkan bantuan pembiayaan dari orang tua.
Berdasarkan data IPW, mayoritas milenial yang telah membeli properti memiliki pendapatan Rp 8,5 juta per bulan. Adapun, sebanyak 38,79% milenial yang telah memiliki rumah telah berkeluarga dan memiliki anak.
CEO IPW Ali Tranghanda mengatakan, laju pertumbuhan harga rumah lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pendapatan generasi milenial.
"Tidak hanya Milenial, generasi Z sudah masuk menjadi konsumen properti. Pangsa pasar Generasi Milenial dan Generasi Z bisa mencapai 50%, dan generasi Z sudah mulai masuk usia produktif," kata Ali dalam webinar "Indonesia Property Market Review 2022" akhir pekan lalu.
Oleh karena itu, Ali mendorong pemerintah untuk memberikan generasi milenial dan generasi Z yang sudah masuk angkata produktif, bisa mendapatkan insentif dalam membeli rumah. Salah satu insentif yang ditawarkan Ali adalah melanjutkan PPN DTP hingga akhir 2022.
Ali menilai penjualan properti, khususnya rumah tapak, selama pandemi merupakan dampak dari insentif fiskal dari pemerintah. Sebagai informasi, pemerintah memberlakukan Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah atau PPN DTP sebanyak 100% terhadap pembelian rumah seharga maksimal Rp 2 miliar sejak Maret 2021.
Insentif tersebut diperpanjang oleh pemerintah pada tahun ini. Namun demikian, PPN yang ditanggung pemerintah untuk properti dengan harga hingga Rp 2 miliar hanya 50% dengan syarat serah terima rumah selambatnya akhir September 2022.
Oleh karena itu, Ali memproyeksikan kinerja industri properti masih akan tumbuh pada paruh kedua 2022. IPW mencatat penjualan properti pada kuartal II-2022 naik 5,6% dibandingkan realisasi Januari-Maret 2022.
Selain insentif fiskal, Ali mengatakan pertumbuhan penjualan properti selama pandemi didukung oleh pertumbuhan harga komoditas. Ali mencontohkan harga minyak sawit mentah atau CPO yang terus tumbuh sepanjang 2021 hingga kuartal II-2022.
Menurutnya, penjualan properti akan tumbuh sekitar 1-2 tahun setelah harga komoditas tumbuh. Dengan demikian, Ali memperkirakan penjualan properti di dalam negeri akan terus tumbuh hingga akhir 2022.
Namun demikian, Ali berpendapat penjualan properti akan mulai melambat pada awal 2023 sampai pertengahan 2024. Hal tersebut disebabkan oleh dimulainya tahun politik menuju Pemilihan Umum 2024.
"Jangan nunggu nanti setelah 2022 saat beli properti, karena kemungkinan nanti harga sudah naik semua saat 2024 dan nggak akan sempat beli properti," kata Ali.