Penjualan Mie Instan Indofood Capai Rp 23,5 Triliun Selama Enam Bulan

Indomie
Indomie adalah salah satu merek yang akan dipasarkan melalui Alibaba di Tiongkok.
1/9/2022, 10.13 WIB

PT Indofood CBP Sukses Makmur membukukan penjualan mie instan hingga Rp 23,5 triliun sepanjang Januari-Juni 2022 atau semester I 2022. Penjualan mie instan tersebut menghasilkan laba hingga Rp 4,68 triliun bagi Indofood.

Penjualan mie instan merupakan yang tertinggi dibandingkan produk Indofood lainnya. Produk mie instan Indofood diantaranya Indomie, Supermi, Sarimi, Sakura, pop Mie, dan Mie Telur Cap 3 Ayam.

Sementara penjualan produk dairy mencapai Rp 5,2 triliun dengan laba Rp 383 miliar. Makanan ringan membukukan penjualan Rp 1,9 triliun dengan laba Rp 121 miliar.

Segmen penyedap makanan membukukan penjualan Rp 1,79 trilin dengan laba Rp 239 miliar. Sementara penjualan minuman mencapai Rp 757 miliar dengan laba Rp 42,9 miliar. Produk lainnya yaitu nutrisi dan makanan khusus membukukan penjualan Rp 586 miliar dengan laba Rp 38 miliar.

Dengan demikian, emiten berkode ICBP ini telah mencatatkan total hasil penjualan Rp 32,59 triliun. Angka tersebut naik 16 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.

Sementara laba bersih ICBP mencapai Rp 1,93 triliun. Laba bersih tersebut turun 40% dibandingkan semester I 2021 yang mencapai Rp 3,22 triliun.

Direktur Utama ICBP, Anthoni Salim mengungkapkan, tergerusnya perolehan laba bersih ICBP karena melonjaknya harga komoditas, terutama gandum sebagai bahan baku utama mi instan.

Berdasarkan data Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo), harga gandum sudah meroket 76% per Agustus 2022 dibanding awal tahun 2021 lalu. Puncak kenaikan terjadi pada Mei lalu yang sempat menyentuh level US$ 522 per ton. Harga komoditas ini terus terkerek sejak tereskalasinya perang Rusia dan Ukraina.

"Seiring dengan kenaikan berbagai harga komoditas, laba usaha (ICBP) turun 8% menjadi Rp 5,88 triliun dari Rp 6,36 triliun," ungkap Anthoni, dalam keterangan resminya, Rabu (31/8).

Di sisi lain, penyebab penurunan laba juga dikontribusi dari adanya rugi selisih nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang belum terealisasi dari kegiatan pendanaan. “Kami akan terus fokus pada upaya untuk meningkatkan keseimbangan antara pertumbuhan volumen penjualan profitabiltas,” ujarnya.

Berdasarkan data investing.com, nilai tukar rupiah di pasar spot terus tertekan 0,15% dalam sepekan. Sementara bila dibandingkan 30 hari sebelumnya, nilai tukar rupiah di pasar spot telah menguat 1,07%.