Indeks harga pangan dunia yang dikeluarkan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) terus mengalami penurunan selama lima bulan berturut-turut pada Agustus 2022. Kondisi itu dipengaruhi oleh dimulainya kembali ekspor biji-bijian dari pelabuhan Ukraina sehingga pasokan pangan dunia membaik.
Dikutip dari situs resmi FAO, Senin (5/9), Indeks Harga Pangan FAO rata-rata 138,0 poin pada Agustus 2022, turun 2,7 poin atau 1,9% dari Juli. Lembaga pangan PBB tersebut juga mencatat bahwa penurunan telah terjadi dalam waktu lima bulan berturut-turut. Namun demikian, penurunan harga tersebut masih 10,1 poin atau 7,9% lebih tinggi dibandingkan tahun lalu
Semua lima sub-indeks pangan dunia turun moderat di Agustus 2022. Presentase penurunan bulanan terbesar adalah minyak nabati sebesar 3,3% dan sereal 1,4%.
Sementara indeks harga pangan capai rekor tertinggi tahun ini pada Mei yaitu 159,7. Hal itu dipengaruhi oleh invasi Rusia ke Ukraina yang menyebabkan pasokan biji-bijian semakin berkurang.
Namun sejak Agustus, Ukraina mulai mengekspor kembali biji-bijian setelah adanya kesepakatan dengan Rusia yang ditengahi oleh Turki dan PBB. Selain itu, pasokan gandum juga bertambah karena keberhasilan panen di Amerika Utara.
Sebelumnya pada awal Juli, FAO telah menurunkan perkiraannya untuk produksi sereal global 2022 menjadi 2,774 miliar ton dari proyeksi sebelumnya 2,792 miliar.
Indeks Harga Minyak Nabati FAO rata-rata 163,3 poin pada Agustus. Indeks tersebut turun 5,5 poin atau 3,3 persen dari bulan sebelumnya.
Penurunan indeks yang berkelanjutan didorong oleh harga dunia yang lebih rendah untuk minyak sawit, bunga matahari dan minyak lobak. Meningkatnya pasokan minyak sawit mentah dari Indonesia merupakan salah satu penyebabnya.
Sementara indeks harga daging, sapi, dan susu semuanya turun dipengaruhi oleh penambahan pasokan. Lain halnya dengan indeks harga jagung yang naik 1,5% pada Agustus 2022. Hal itu disebabkan karena cuaca panas dan kering yang mengurangi prospek produksi di Eropa dan Amerika Serikat.
Harga pangan yang menurun diharapkan dapat menekan inflasi negara-negara di dunia. Pada Mei 2020, negara-negara anggota G20 juga mengalami tekanan inflasi pangan.
Turki tercatat sebagai negara anggota G20 yang mengalami inflasi harga pangan tertinggi. Berdasarkan data Tradingeconomics, inflasi harga pangan Turki mencapai 91,6% (yoy) pada Mei 2022. Angka tersebut naik dibanding bulan sebelumnya sebesar 89,1% (yoy).
Inflasi tertinggi kedua di negara G20 dirasakan Argentina, yakni sebesar 62,1% (yoy) hingga April 2022. Diikuti Rusia dengna inflasi harga pangan sebesar 20,05% (yoy), Brasil sebesar 13,51% (yoy), Meksiko sebesar 12,79% (yoy) pada April 2022, Jerman sebesar 11,1% (yoy), serta Amerika Serikat sebesar 10,1% (yoy).
Adapun negara G20 dengan inflasi harga pangan terendah adalah Tiongkok, yakni hanya sebesar 2,3% (yoy). Setelahnya ada Prancis sebesar 2,9% (yoy), serta Jepang sebesar 4% (yoy).
Sementara inflasi harga makanan, minuman dan tembakau Indonesia sebesar 5,62% pada Mei 2022 (yoy). Secara lebih rinci, inflasi harga makanan domestik sebesar 5,82% (yoy).