Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau GAPKI mencatat bahwa ekspor produk sawit Indonesia ke uni Eropa pada Agustus 2022 mencapai 506,8 ribu ton. Volume ekspor tersebut naik 51,7% dari bulan sebelumnya yang mencapai 334 ribu ton.
Direktur Eksekutif GAPKI, Mukti Sardjono, mengatakan bahwa ekspor kelapa sawit di Uni Eropa tersebut digunakan untuk berbagai industri seperti pangan dan oleo chemical. Selain itu, produk kelapa sawit Indonesia di Uni Eropa tersebut juga digunakan untuk biodiesel.
"Saya tidak punya data detail mengenai angkanya, yang jelas ekspor produk sawit dipakai untuk biodiesel, dan berbagai keperluan industri pangan dan oleo chemical," ujarnya kepada Katadata.co.id, Kamis (13/10).
Dia mengatakan bahwa peningkatan ekspor produk sawit ke Uni Eropa menempati posisi ketiga setelah India dan Cina. Hal itu didorong oleh kebijakan pemerintah Indonesia yang menetapkan pungutan ekspor produk sawit nol persen hingga akhir tahun.
"Dengan pungutan ekspor nol persen, kita mengharapkan daya saing ekspor sawit kita semakin meningkat dan bisa lebih mendorong peningkatan ekspor," kata dia.
Tersendat larangan ekspor minyak sawit
Ketua Umum GAPKI, Joko Supriyono, mengatakan bahwa perang Rusia dan Ukraina menyebabkan suplai minyak nabati khususnya minyak biji bunga matahari menjadi terganggu. Hal itu berdampak tidak langsung pada permintaan minyak kelapa sawit Indonesia.
Dia mengatakan, sebagian manufaktur Uni Eropa kembali menggunakan minyak kelapa sawit saat kesulitan mendapatkan pasokan minyak bunga biji matahari.
"Tadinya dia hindari palm oil, tapi saat kesulitan suplai, dia gunakan palm oil," ujarnya dalam konferensi pers penyelenggaraan Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) secara virtual, Rabu (12/10).
Menurut Joko, minimnya pasokan minyak nabati lain seharusnya menjadi momentum bagi Indonesia untuk mengekspor minyak sawit ke pasar global. Namun demikian, dinamika penjualan produk sawit Indonesia sempat terkendala kebijakan larangan ekspor yang dterapkan pada 28 April hingga 23 Mei 2022.
"Makanya kami berikan masukan pemerintah, saat pasar butuh palm oil, kita harusnya justru berikan kemudahan ekspor. Tapi pemerintah kita terlalu reaktif melihat kondisi domestik," ujarnya.
Berdasarkan catatan GAPKI, ekspor seluruh produk sawit Indonesia pada Agustus 2022 mencapai 4,33 juta ton. Jumlah tersebut naik 1,63 juta ton dari Juli 2022 yang mencapai 2,7 juta ton.
Kenaikan ekspor tertinggi adalah jenis olahan CPO dari 1,92 juta ton pada Juli 2022 menjadi 2,97 juta ton pada Agustus 2022. Pada Agustus 2022, nilai ekspor produk sawit mencapai US$ 4,8 miliar, naik US$ 900 juta dibandingkan nilai ekspor produk sawit Juli 2022 sebesar US$ 3,8 miliar.
Kenaikan nilai ekspor tersebut terjadi di tengah penurunan harga CPO Cif Rotterdamturun dari US$ 1.203/ton pada Juli menjadi US$ 1.095/ton pada Agustus.