Waspada Krisis Pangan, Ini Komoditas yang Berpotensi Sumbang Inflasi
Badan Pangan Nasional mewaspadai ancaman krisis pangan yang akan berdampak pada inflasi. Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan, Bapanas akan meningkatkan mobilisasi pangan dari daerah surplus ke daerah defisit untuk menjaga stabilitas harga.
“Langkah ini menjadi salah satu prioritas yang akan terus digenjot volume dan intensitasnya,” ujar Arief dalam acara BNI Investor Daily di Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (12/10).
Selain itu, Arief mengatakan pihaknya perlu menguatkan cadangan pangan dan teknologi untuk memperpanjang masa simpan. Salah satunya penggunan teknologi pendingin pada daging ayam, daging sapi, dan daging kerbau.
Berikut tiga komoditas yang berpotensi dongkrak inflasi:
1. Beras
Harga beras mulai menunjukkan trend kenaikan sejak Agustus 2022. Meskipun pemerintah sudah melakukan operasi pasar sejak Agustus, namun harga beras masih menunjukkan kenaikan.
Pada Agustus 2022, rata-rata harga beras nasional Rp 11.850 per kg, naik dibandingkan rata-rata Juli seharga Rp 11.750 per kg. Sementara Rata-rata harga beras nasional September 2022 mencapai Rp 12.050 per kg.
Harga beras terus meningkat hingga awal Oktober 2022 mencapai Rp 12.150 per kg. Arief menyatakan, surplus beras diperkirakan mencapai 7,5 juta ton hingga Desember 2022, berdasarkan data Neraca Pangan Nasional.
Namun demikian, Bulog tetap ditugaskan untuk menyerap beras petani sebesar 948 ribu ton untuk menjaga keamanan pangan.
2. Kedelai
Kedelai mengalami kenaikan harga sejak 30 September 2022 yang mencapai Rp 13.000 per kg di tingkat produsen. Padahal, dua bulan lalu harga kedelai masih Rp 11.000 per kg.
Kenaikan harga kedelai ini disebabkan oleh suplai kedelai yang masih mengandalkan impor, kelangkaan kapal kargo, kelangkaan kontainer di Amerika, serta kondisi geopolitik seperti perang dagang dan iklim yang menyebabkan gagal panen.
Upaya yang dilakukan pemerintah pada kenaikan harga kedelai ini adalah dengan memberikan bantuan subsidi kedelai kepada perajin tahu tempe sebesar Rp 1.000 per kilogram. Namun subsidi kedelai ini hanya terserap 10-20% karena ada syarat Nomor Induk Berusaha yang harus dimiliki koperasi penerima subsidi.
3. Jagung
Harga jagung terus mengalami kenaikan sejak awal 2022. Harga jagung rata-rata bulan Oktober tercatat US$ 686,81 per bushel naik 0,94 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang berada di harga US$ 680,44 per bushel.
Jagung merupakan salah satu bahan baku pakan ternak. Kenaikan harga jagung akan mendongkrak harga pakan ternak yang berdampak pada meningkatnya biaya produksi.
Di sisi lain Petani jagung tengah menghadapi permasalahan turunnya harga. Misalnya saja Ketua Kelompok Petani Jagung Sumbawa, Muchlisin mengeluhkan harga jagung yang terus anjlok dalam sebulan ini hingga mencapai Rp 3.800 per kilogram (kg). Anjloknya harga jagung disebabkan karena petani tidak memiliki teknologi pengeringan yang memadai.