Obat Terpapar Etilen Glikol, GP Farmasi: Tidak Perlu Tutup Pabrik

ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho/hp.
Apoteker menunjukan obat sirop di salah satu apotek di Kudus, Jawa Tengah, Jumat (21/10/2022).
21/10/2022, 16.56 WIB

Penyakit gagal ginjal akut pada anak atau Acute Kidney Injury (AKI) yang terjadi di Gambia memiliki kesamaan dengan yang sedang terjadi di Indonesia. Anak-anak yang menderita gagal ginjal akut umumnya mengkonsumsi obat parasetamol sirop, yang diduga memiliki kandungan etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG).

Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) telah mengumumkan bahwa anak-anak di Gambia mengkonsumsi obat yang diproduksi PT Maiden Pharmaceuticals, perusahaan farmasi dari India. Mengetahui hal ini, otoritas kesehatan India langsung menghentikan sementara produksi obat di perusahaan tersebut.

Apakah Indonesia juga perlu menutup pabrik farmasi?

Menanggapi hal ini, Ketua Komite Pengembangan Perdagangan dan Industri Bahan Baku Gabungan Pengusaha Farmasi Indonesia (GPFI), Vincent Harijanto, menyebutkan tindakan penghentian produksi belum diperlukan.

Sebab, terdapat risiko publik akan menemui kesulitan untuk mengakses obat jika pemerintah menutup pabrik farmasi.

"Kita bisa kehabisan stok kalau tidak bisa produksi. Distribusi harus jalan terus. bagaimana kalau misalnya anak-anak membutuhkan obat yang lain," jelas Vincent saat dihubungi Katadata, Jumat (21/10).

Berdasarkan hasil sementara penelitian Kementerian Kesehatan bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menyimpulkan adanya kandungan etilen glikol dan dietilen glikol. Bahan tersebut bukan bagian dari formula obat, tetapi digunakan untuk melarutkan senyawa dalam air.

Terkait dengan kemungkinan kandungan EG dan DEG juga mengkontaminasi produk obat sirop lainnya, Vincent ingin menunggu hasil penelitian pemerintah untuk memastikan zat apa yang terkontaminasi, dan waktu produksi mereka. "Jangan berandai-andai," ujarnya.

Menurutnya jika pemerintah sudah berhasil menemukan zat yang terkontaminasi dan waktu produksi obat tersebut, maka lebih mudah untuk menghentikan kontaminasi lebih luas, termasuk juga mengungkap asal usul negara penyedia EG dan DEG. Hal ini karena data impor EG dan DEG tersedia di BPOM.

"Industri ini sudah lapor, dan mungkin kalau diteliti bisa saja siropnya yang mengandung EG dan DEG," jelasnya.

Negara pemasok etilen glikol terbesar untuk Indonesia pada 2020 adalah Arab Saudi, Singapura, Malaysia, India, dan Uni Emirat Arab dengan rincian nilai pasokan seperti terlihat pada grafik.

Satu hal yang pasti, GP Farmasi mendukung penelitian pemerintah, termasuk mengimbau seluruh anggota mengikuti kebijakan menyetop sementara penjualan obat sirop. "Jangan memperdagangkan, jangan menyalurkan, kami mengikuti," tegas Vincent.

Untuk diketahui, WHO menyebutkan adanya empat produk obat sirop di Gambia yang terkontaminasi EG dan DEG. Mereka adalah Promethazine Oral Solution, Kofexmalin Baby Cough Syrup, Makoff Baby Cough Syrup dan Magrip N Cold Syrup. 

Sementara di Indonesia, BPOM menyatakan ada lima merek obat sirop tersebut adalah:

  1. Termorex Sirup (obat demam), produksi PT Konimex dengan nomor izin edar DBL7813003537A1, kemasan dus, botol plastik @60 ml.
  2. Flurin DMP Sirup (obat batuk dan flu), produksi PT Yarindo Farmatama dengan nomor izin edar DTL0332708637A1, kemasan dus, botol plastik @60 ml.
  3. Unibebi Cough Sirup (obat batuk dan flu), produksi Universal Pharmaceutical Industries dengan nomor izin edar DTL7226303037A1, kemasan Dus, Botol Plastik @ 60 ml.
  4. Unibebi Demam Sirup (obat demam), produksi Universal Pharmaceutical Industries dengan nomor izin edar DBL8726301237A1, kemasan Dus, Botol @ 60 ml.
  5. Unibebi Demam Drops (obat demam), produksi Universal Pharmaceutical Industries dengan nomor izin edar DBL1926303336A1, kemasan Dus, Botol @ 15 ml.