Produksi beras Indonesia diprediksi turun sekitar 25 juta ton pada tahun depan, akibat pengaruh iklim. Aliansi Petani Indonesia (API) berharap pemerintah dapat mengantisipasi kekurangan ini, agar kebutuhan beras nasional dapat tercukupi.
Menurut Sekjen API Muhamad Nurudin, berkurangnya produksi beras nasional salah satunya diakibatkan gagal panen karena banjir. "Saya pikir di tahun depan kita akan jauh berkurang 20 persen," ujarnya di Jakarta, Jumat (21/10).
Faktor lain yang turut mempengaruhi jumlah produksi adalah setiap tahun luasan lahan panen berkurang. Dia memperkirakan Indonesia harus mengimpor beras tahun depan.
Tanpa adanya impor beras, dia menilai sulit bagi pemerintah memenuhi kebutuhan nasional. Kemudian, dengan adanya permintaan masyarakat, Nurudin khawatir akan berdampak pada kenaikan harga beras. Kondisi ini justru membuka praktik penyelundup impor beras menjadi tidak terkontrol.
"Diformulasi supaya enggak ada impor selundupan, ya jujur aja bahwa faktor iklim menurunkan produktivitas padi secara nasional, mau enggak mau kita harus impor beras untuk mencegah lonjakan harga pangan itu," jelas Nurudin.
Persoalan lain yang akan mempengaruhi harga adalah kenaikan pada biaya produksi beras. Kenaikan tersebut disebabkan adanya perubahan harga BBM yang naik sejak September lalu, "Berdampak terhadap sisi tenaga kerja yang naik sekitar 5-10 persen. Saat ini transport jadi naik sekitar Rp10-15 ribu, namun petani masih maklum," jelasnya.
Di sisi lain, stok beras saat ini juga sedang anjlok. Berdasarkan catatan API, dari 2 juta ton stok beras dengan operasi subsidi, hanya akan menghasilkan 500 ribu sampai 1,5 juta ton.
Meski begitu, Nurudin tetap berharap ke depannya tidak ada impor beras karena pasti akan menekan petani, walaupun menguntungkan konsumen. "Jadi saya tekankan, itu bagaimana strategi pemerintah untuk menyikapi permasalahan kekurangan ini. Ya semoga aja tidak ada kekurangan," ungkapnya.
Sebelum ini, Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan produksi beras untuk konsumsi pangan penduduk pada 2022 mencapai 32,07 juta ton. Angka tersebut meningkat 718.030 ton atau 2,29 % dibandingkan tahun sebelumnya.
Deputi Bidang Statistik Distribusi Jasa BPS, Setianto, mengatakan penyumbang utama peningkatan luas panen 2022 secara year on year (yoy) berasal dari provinsi Jawa Barat yang bertambah 81,19 ribu hektare atau naik 5,06 % dari tahun lalu.
Selain itu, Sulawesi Selatan juga mencatatkan perluasan 56,95 ribu hektare atau 5,78 %, sedangkan Kalimantan Barat 48,90 ribu hektare atau meningkat 21,93 %, dibandingkan 2021.
Persoalan ketahanan pangan global memang menjadi salah satu perhatian utama, khususnya untuk Indonesia. Badan PBB yang berfokus kepada makanan dan pertanian, Food and Agriculture Organization (FAO) memprediksi produksi pangan dan pertanian Indonesia akan turun sebesar 5% di 2025, dan mencapai 10% pada 2050.
Sekitar 16,7 juta penduduk Indonesia akan mengalami kerawanan pangan tingkat sedang atau berat selama 2022. Global Food Security Index menempatkan ketahanan pangan Indonesia pada urutan ke-63 di antara 113 negara lainnya.