Indonesia Ikut Pameran Wisata Terbesar di London, Target Raih Rp 322 M
Indonesia berusaha meningkatkan minat warga Inggris untuk melancong dan mengunjungi berbagai tujuan wisata tanah air, dengan berpartisipasi dalam pameran pariwisata terbesar kedua dunia "World Travel Market (WTM) London 2022".
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno, mengatakan keikutsertaan Indonesia pada acara ini menjadi upaya Kemenparekraf untuk memasarkan pariwisata Indonesia sebagai salah satu destinasi utama di kawasan Asia Tenggara untuk pasar Eropa.
Pameran pariwisata terbesar di Inggris ini berlangsung di Excel, London, pada 7 - 9 November 2022. Pergelaran tahun ini menandai 40 tahun berjalannya event tersebut, sejak pertama kali digelar pada 1980. Oleh sebab itu, Kemenparekraf berpartisipasi sebagai upaya memperluas pasar, menjaga eksistensi Indonesia, sekaligus membuka peluang penciptaan lapangan kerja.
Pameran ini diikuti berbagai negara dunia, baik dari kawasan Asia - Pasifik, Timur Tengah, Afrika, hingga Amerika dan kepulauan di kawasan Karibia.
"Partisipasi kita dalam World Travel Market London diharapkan dapat meningkatkan devisa negara melalui pariwisata dan mendorong penciptaan lapangan kerja baru dan berkualitas," ujar Sandiaga dikutip dari keterangan resmi, pada Selasa (8/11).
Sejak pariwisata Indonesia dibuka bagi wisatawan mancanegara sejak Februari 2022 lalu, beberapa upaya telah dilakukan pemerintah untuk membangkitkan kembali industri pariwisata. Mulai dari menghilangkan syarat tes PCR saat kedatangan, membebaskan syarat karantina untuk wisatawan dengan vaksinasi lengkap, pemberlakuan visa on arrival khusus wisata kepada 86 negara sejak September 2022, bebas visa untuk negara anggota ASEAN, serta second home visa.
Menurut Sandiaga, kemudahan pelayanan visa merupakan komponen penting yang dapat meningkatkan pertumbuhan kunjungan wisatawan mancanegara dan meningkatkan daya saing pariwisata di tingkat global. "Tahun 2023, Indonesia menargetkan 3,5 juta sampai dengan 7,4 juta kunjungan wisatawan mancanegara. Kami yakin bahwa second home visa dengan masa berlaku 5-10 tahun bisa menjadi pintu bagi ceruk pasar wisman yang memenuhi kriteria," ujar Sandiaga.
Menambahkan penjelasan Menparekraf, Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf/Baparekraf, Ni Made Ayu Marthini, mengungkapkan keikutsertaan Indonesia pada WTM London 2022 sekaligus memfasilitasi 36 pelaku pariwisata Indonesia, yang terdiri dari biro perjalanan wisata, tour operator, destination management company, dan jaringan hotel terkenal.
Upaya ini dilakukan agar mereka dapat mengaktifkan kembali lini bisnisnya, melalui pameran pariwisata global.
Pada kesempatan ini, pelaku pariwisata menawarkan berbagai paket wisata menarik, dengan tujuan Bali serta lima destinasi pariwisata super prioritas (DPSP) andalan Indonesia, yakni Danau Toba, Sumatra Utara; Borobudur, Jawa Tengah; Mandalika, NTB, Labuan Bajo, NTT, kemudian Likupang, Sulawesi Utara.
Melalui keikutsertaan dalam pameran ini, Indonesia menargetkan 29.500 pax dengan nilai transaksi mencapai Rp322 miliar.
"Citra Indonesia sebagai destinasi pariwisata yang aman, nyaman, dan berdaya saing yang mengutamakan kualitas dan berkelanjutan perlu terus dibangun. Sehingga pencitraan positif untuk mendorong calon wisatawan pasar Eropa pada umumnya dan pasar Inggris pada khususnya untuk berkunjung ke Indonesia," ujar Ni Made.
Ni Made mengatakan, pihaknya menyasar kalangan kelas menengah ke atas di Eropa karena segmentasi ini tetap memiliki kemauan dan kemampuan untuk melakukan perjalanan wisata ke luar negeri di tahun depan, meskipun terdapat ancaman resesi.
Selain berpartisipasi pada bursa travel dunia, Kemenparekraf juga melakukan beberapa aktivitas pemasaran lainnya, seperti collaborative marketing, joint promotion, familiarization trip (wisata pengenalan), dan festival.
Kemenparekraf saat ini juga sedang fokus dalam pengembangan desa wisata, kampung tematik, dan kota kreatif. Desa wisata saat ini menjadi tujuan wisata populer di Indonesia. Dari total 85.000 desa, 7.500 desa di antaranya memiliki daya tarik wisata. Bahkan desa wisata terbukti menjadi pandemic winner. Terbukti dengan naiknya peminat wisatawan ke desa wisata hingga 30% di tengah masa pandemi.
Selain desa wisata, pemerintah Indonesia sedang giat menjalankan program "Indonesia Spice Up The World (ISUTW)". Program ini ke depannya memacu pengembangan jaringan restoran Indonesia di luar negeri, sebagai gastrodiplomasi Indonesia guna mencapai nilai ekspor rempah dan bumbu sebesar USD 2 miliar. Kemudian, menghidupkan sekitar 4.000 restoran di mancanegara pada 2024.