Harga beras terus merangkak naik pada awal November 2022. Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso, mengatakan bahwa cadangan beras pemerintah atau CBP saat ini semakin turun yaitu 651 ribu ton, atau berada jauh di bawah angka ideal 1,2 juta ton.
Mengutip data hargapangan.id yang dirilis Bank Indonesia, harga rata-rata nasional beras medium I mencapai Rp 12.250 per kg pada Kamis (17/11). Harga tersebut naik dibandingkan periode yang sama bulan lalu mencapai Rp 12.150 per kg.
Rata-rata harga beras medium I termahal terdapat di Sumatera Barat yang mencapai Rp 14.950 per kg. Sedangkan untuk rata-rata harga beras medium I termurah jatuh pada Nusa Tenggara Barat mencapai Rp 9.600 per kg.
Harga beras medium awal November tersebut naik dibandingkan rata-rata harga beras sepanjang Oktober 2022 senilai Rp 12.150.Harga beras medium I tahun ini tercatat mengalami kenaikan sejak Juni 2022 senilai Rp 11.750 per kg.
Kenaikan harga beras tahun ini mulai terjadi pada Agustus dimana harganya mencapai Rp 11.850 per kg, atau naik dibandingkan Juli seharga Rp 11.750 per kg.
Sementara itu, rata-rata harga beras medium I DKI Jakarta mencapai Rp 14.250 per kg. Harga tersebut naik dibandingkan periode yang sama bulan lalu mencapai Rp 14.200 per kg.
Sedangkan, untuk rata-rata harga beras premium I yang dikutip data hargapangan.id yang dirilis Bank Indonesia mencapai Rp 13.550 per kg pada Kamis (17/11). Harga tersebut juga naik dibandingkan periode yang sama bulan lalu mencapai Rp 13.450 per kg.
Untuk rata-rata harga beras premium I termahal terdapat di Kalimantan Tengah yang mencapai Rp 21.250 per kg. Sedangkan untuk rata-rata harga beras premium I termurah jatuh pada Sulawesi Barat yang mencapai Rp 10.250 per kg.
Sebelumnya, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik, Setianto, telah mencatat harga beras mengalami inflasi sebesar 1,13% dibandingkan bulan sebelumnya. Harga beras mengalami andil pada inflasi sebesar 0,34%.
Cadangan beras pemerintah atau CBP di gudang Bulog saat ini hanya 651 ribu ton. Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso, menyarankan cara lain untuk meningkatkan CBP yaitu dengan impor.
Pria yang kerap disapa Buwas tersebut mengatakan, pemerintah harus bergerak cepat mengambil langkah alternatif untuk memenuhi stok CBP yang menipis. Dengan demikian, Bulog bisa menjalankan tugasnya dalam pengendalian ketersediaan dan harga pangan.
"Karena kalau kita terlambat, di satu sisi kita sudah tahu tidak mungkin dalam waktu dekat bisa menyerap dalam jumlah besar. Karena barangnya selain tidak ada, harganya juga tidak memungkinkan," kata Budi Waseso dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi IV DPR RI di Gedung Parlemen Senayan Jakarta, Rabu (16/11), seperti dikutip dari Antara.