Kementerian Perhubungan atau Kemenhub melaporkan bahwa pergerakan penumpang angkutan umum naik sebesar 71,09% menjadi 10,31 juta penumpang libur nataru. Pesawat udara merupakan transportasi umum yang paling banyak digunakan selama libur nataru.
Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, mengatakan bahwa jumlah pergerakan penumpang meningkat signifikan jika dibandingkan dengan angkutan nataru pada 2021 yang hanya sebanyak 6,03 juta penumpang, “Kenaikan jumlah penumpang terjadi di seluruh moda transportasi baik angkutan jalan, penyebrangan, kereta api, laut maupun udara,” ujar Budi secara virtual dalam acara Penutupan Posko Angkutan Nataru, Jakarta, Rabu (4/1).
Jumlah penumpang angkutan umum pada masa libur nataru tahun ini juga sudah hampir mendekati jumlah penumpang nataru sebelum pandemi. Pada libur nataru 2019, pergerakan penumpang transportasi umum tercatat sebanyak 13.145.512 penumpang.
Sementara itu, pesawat merupakan moda transportasi yang paling banyak dipilih penumpang angkutan umum Indonesia. Berikut rinciannya:
1. Penumpang angkutan udara sebanyak 3.209.942 penumpang atau meningkat 66,36% dari periode yang sama di tahun 2021
2. Penumpang transportasi angkutan jalan sebanyak 2.250.585 penumpang atau meningkat 66,12%
3. Penumpang angkutan penyeberangan sebanyak 2.052.407 penumpang atau meningkat 47,25%
4. Penumpang angkutan kereta api sebanyak 1.988.382 penumpang atau meningkat 173,62% dari periode yang sama tahun 2021
5. Penumpang angkutan laut sebanyak 813.158 penumpang atau meningkat 30,37%.
Terdampak Cuaca Ekstrem
Budi mengatakan, perjalanan libur nataru berjalan dengan lancar. Namun demikian, terdapat beberapa kendala seperti gangguan cuaca ekstrem sehingga mengakibatkan terganggunya beberapa perjalanan angkutan umum seperti penundaan ataupun pembatalan.
“Kita melihat bahwa gangguan cuaca merupakan tantangan yang paling besar dihadapi pada tahun ini, di tengah melonjaknya jumlah penumpang. Apa yang kita sudah siapkan relatif berjalan baik dan tetap harus ada beberapa evaluasi yang harus ditingkatkan kedepannya, sebagai persiapan menghadapi angkutan lebaran nanti,” ujar Budi.
Namun demikian, Kemenhub telah melakukan sejumlah upaya untuk mengantisipasi adanya gangguan cuaca tersebut. Antisipasi tersebut adalah dengan cara meningkatkan pengawasan terhadap aspek keselamatan dan berkoordinasi secara intensif dengan operator sarana dan prasarana transportasi. Kemenhub juga selalu memberikan sejumlah imbauan kepada masyarakat agar tetap waspada dengan kondisi cuaca ekstrem.
Dia mengatakan, sejumlah catatan yang akan dilakukan evaluasi untuk persiapan lebaran pada empat bulan ke depan. Evaluasi tersebut di antaranya sinkronisasi yang lebih baik antara pengambilan kebijakan dengan pelaksanaan di lapangan, pengaturan cuti bersama dan waktu libur sekolah untuk membagi beban lalu lintas jalan, dan menyiapkan armada angkutan umum yang memadai.
"Kami juga perlu mengantisipasi titik-titik krusial yang berpotensi terjadi kepadatan lalu lintas atau lonjakan penumpang, pengaturan rest area, dan titik-titik yang berpotensi terdampak kondisi alam seperti banjir, longsor, dan lain-lain.