Lima Perusahaan Bus Raksasa di Indonesia, Lebih Besar dari PO Haryanto

ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/foc.
Montir memperbaik bus Antar Kota Antara Provinsi (AKAP) di PO Gapuraning Rahayu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Rabu (21/12/2022). .
9/1/2023, 18.24 WIB

Media sosial tengah dihebohkan kasus bos Perusahaan Otobus atau PO Haryanto yang memecat  putra kandungnya bernama Rian Mahendra. Sebelumnya, Rian menjabat sebagai Direktur Operasional PO Haryanto. 

Perusahaan Otobus tersebut dimiliki oleh Haryanto, purnawirawan TNI yang sebelumnya sempat menggeluti usaha angkot. Namun demikian, Haryanto banting setir membuka PO karena menilai usaha angkot akan redup setelah kemunculan ojek online. Setelah sempat jatuh bangun, PO Haryanto kini semakin berkembang memiliki 250 armada bus. 

Selain PO Haryanto, saat ini banyak perusahaan otobus raksasa di Indonesia. Mereka bahkan memilki ribuan armada.

Berikut 5 perusahaan otobus yang berjaya di Indonesia:

1. PO Sinar Jaya

PO Sinar Jaya sudah didirikan sejak 1982 oleh Herman Rusli dan Haji Rasyidin Karyana. PO Sinar Jaya merupakan moda transportasi terpopuler warga Jawa Tengah, khusus di kawasan pantura. 

Perusahaan Otobus tersebut saat ini semain ekspansif dan menaungi sejumlah PO di bawah bendera Sinar Jaya Group. Beberapa PO bus tersebut adalah DMI Daya Melati Indah, Sinar Shuttle, Sinar Jaya Langgeng Utama atau Starbus, Sinar Express, dan bus karyawan. 

Beberapa PO bus yang sudah disebutkan tadi berhasil melayani berbagai jurusan dari Jabodetabek, dengan berbagai kota tujuan di Jawa Tengah, Jawa Timur, hingga ke Sumatera. Sinar Jaya Group diperkirakan memiliki lebih dari 1.000 unit armada bus.

2. PO AKAS

Selanjutnya terdapat AKAS Group, yang tidak kalah berjayanya hingga saat ini. Telah berdiri sejak  23 Maret 1956, pemilik perusahaannya bernama Ali Karman Ahmad.  Nama AKAS berasal dari singkatan Ali Karman Ahmad Saudara.

PO AKAS sangat populer di kalangan pecinta bus khususnya Jawa Timur.  Prusahaan terus melebarkan sayapnya hingga dapat melayani trayek tujuan ke Bali.

Berkat kerja keras yang dilakukan oleh sang pendiri membuat perusahaan tersebut hingga saat ini, telah memiliki lebih dari 1.500 unit armada bus yang melayani berbagai trayek di Jawa Timur. 

3. PO Hiba

Hiba Group berdiri sejak 1949. Perusahaan ini awalnya khusus menyediakan bus pariwisata dan sewa. Akhir 90-an,Perusahaan berkembang dan mendirikan PO Laju Prima yang memberikan layanan Antar Kota Antar Propinsi atau AKAP.

Saat ini, Hiba Group memiliki pool yang tersebar di Pulau Jawa dan memiliki armada bus hingga mencapai sebanyak 2.000 unit. Mereka melayani pariwisata, perusahaan, korporasi, hingga masyarakat umum.

4. PO DAMRI

Perusahaan Badan Usaha Milik negara ini melayani berbagai rute mulai dari angkutan kota, angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP), dan angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP). Damri ini juga melayani rute perintis lintas pulau serta lintas batas negara.

DAMRI didirikan sejak 1943 di masa penjajahan Jepang. Nama DAMRI diambil dari singkatan Djawatan Ankoetan Motor Repoeblik Indonesia, yang diresmikan berdasarkan Maklumat Menteri Perhubungan RI No. 01/DAM/46. Pada saat itu DAMRI memiliki tugas utama sebagai penyelenggara pengangkutan darat dengan bus, truk, dan angkutan bermotor lainnya. 

DAMRI hingga saat ini diketahui memiliki armada bus lebih dari 5.000 unit yang tersebar di seluruh Indonesia. 

5. PO Mayasari Bakti

PO Bus selanjutnya adalah Mayasari Bakti. Awalnya Mayasari Bakti yang memilki ciri khas warna hijau ini merupakan angkutan bus perkotaan. Namun saat ini perusahaan tersebut juga menaungi beberapa PO bus AKAP, seperti Primajasa yang menjadi favorit warga Jawa Barat. 

Perusahaan ini didirikan sejak tahun 1964 oleh almarhum Engkud Mahpud. Di awal pendiriannya, PO ini hanya melayani trayek dengan tujuan Cililitan-Tanjung Priok. Namun, pada tahun 1970, perusahaan ini mulai berkembang pesat sehingga menghasilkan armada baru .

Saat ini Mayasari Bakti menjadiPO bus besar dan dikenal oleh banyak masyarakat. Mayasari Group diketahui telah memiliki armada bus lebih dari 2.500 unit yang sebagian besar beroperasi di Pulau Jawa.

Reporter: Nadya Zahira