PT Freeport Indonesia optimistis bisa merampungkan pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) tembaga di Gresik, Jawa Timur pada akhir tahun ini.

Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan saat ini proses pembangunan smelter senilai Rp 42 triliun ini sudah mencapai 51,7% per Desember 2022. Hingga saat ini, perusahaan sudah menghabiskan Rp 25 triliun untuk proyek tersebut.

“Konstruksi fisiknya semua akan diselesaikan akhir 2023 ini. Lalu ke tahap commissioning pada awal tahun depan dan beroperasi Mei 2024,” katanya saat meninjau perkembangan proyek di kawasan industri Java Integrated Industrial & Port Estate (JIIPE) Manyar, Gresik, Jawa Timur, Jumat (13/1).

Tony menegaskan proyek ini akan mewujudkan smelter tembaga sistem satu jalur terbesar di dunia. Selain itu, smelter tersebut juga bagian penting perjanjian divestasi saham Freeport kepada Pemerintah Indonesia melalui MIND ID. 

Dalam perjanjian tersebut, Freeport ditargetkan membangun smelter dalam kurun lima tahun alias paling lambat 2023. Ini menjadi bagian dari kebijakan Presiden Joko Widodo untuk mendorong hilirisasi produk hasil tambang di dalam negeri.

Smelter Freeport Indonesia (Freeport Indonesia)
 

Smelter Freeport berdiri di atas lahan seluas 100 hektare (ha) di dalam kawasan JIIPE yang dikelola oleh PT Aneka Kimia Raya (AKR). Selain membangun smelter berkapasitas 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun, Freeport juga membangun fasilitas Precious Metal Refinery (PMR) kapasitas 6 ribu ton per tahun. 

Ada juga pembangunan fasilitas desalinasi air laut untuk memasok kebutuhan air smelter dan pelabuhan untuk bongkar muat hasil produksi.

Proyek smelter Freeport di Gresik (Freeport Indonesia)
 

“Yang paling menantang dari proyek ini adalah lahannya bekas rawa dan perlu proses pemadatan tanah. Saat ini sudah selesai dan semua tiang pancang smelter selesai 100%,” katanya. 

Tony menjelaskan proyek itu menyerap total tenaga kerja 11.000 orang, di mana 98%  di antaranya merupakan pekerja Indonesia. Ia juga menegaskan smelter baru di JIIPE Gresik ini dimiliki 100% oleh Freeport Indonesia. 

Smelter Freeport (Freeport Indonesia)
 

Fasilitas ini bisa mengolah 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun untuk mengasilkan  menghasilkan 550 ribu ton katoda tembaga (kadar 99,99%). Selain itu smelter juga menghasilkan produk lumpur anoda berupa emas dan perak murni batangan PGM (Platinum Group Metals) sebanyak 6.000 ton per tahun. Selain diekspor, emas batangan tersebut akan diserap oleh PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

Ada juga produk sampingan smelter tersebut yaitu asam sulfat untuk pabrik pupuk dan Petrokimia Gresik. Kemudian ada terak tembaga dan gipsum yang akan diserap oleh pabrik semen, seperti PT Semen Indonesia.

Tak cuma membangun smelter baru, lewat investasi jumbo sebesar US$3 miliar tersebut Freeport juga meningkatkan kapasitas pengolahan smelter PT Smelting Gresik sebesar 300.000 ton menjadi 1 juta ton konsentrat per tahun. 

Smelter milik Freeport (Freeport Indonesia)
 

Di smelter yang berdiri sejak tahun 1996 itu, Freeport bermitra dengan Mitsubishi. “Saat ini porsi saham Freeport di PT Smelting sebesar 40%, dan akan jadi lebih 60% dengan adanya investasi baru ini,” ujar Tony.

Dengan demikian, total kapasitas pengolahan konsentrat tembaga milik Freeport bakal mencapai 3 juta ton per tahun pada 2024. Gabungan kapasitas dari Smelter Manyar dan Smelting Gresik, maka konsentrat Freeport bakal diolah 100% di dalam negeri.

Selain mendukung kebijakan hilirisasi, menurut Tony, smelter baru Freeport tersebut akan menjadi bagian penting dari ekosistem kendaraan listrik yang sedang dikembangkan Pemerintah Indonesia. “Kebutuhan kendaraan listrik itu terdiri dari nikel, kobalt, aluminum, tembaga,” katanya.

Reporter: Rezza Aji Pratama