Sebanyak 56 ribu ton kedelai impor asal Amerika Serikat masuk ke Indonesia melalui Pelabuhan Cigading, Banten pada Minggu (15/1). Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Parasetyo Adi mengatakan, kedelai impor tersebut akan dijual dengan harga Rp 12.000 per kilogram.
Harga tersebut mengacu kepada Harga Acuan Penjualan (HAP) kedelai di tingkat konsumen sesuai dengan Peraturan Badan Pangan (Perbadan) Nomor 11 Tahun 2022. Dalam Perbadan tersebut, HAP kedelai di tingkat konsumen ditetapkan Rp 11.400 per kg untuk kedelai lokal dan Rp 12.000 per kg untuk kedelai impor.
“Kedelai tersebut akan dijual sesuai HAP kepada para perajin tahu dan tempe sebagai konsumen utama dan terbesar kedelai. Dengan masuknya kedelai yang baru tiba ini, harganya sudah Rp 12.000 per kilogram," ujar Arief melalui keterangan resminya, yang dikutip pada Senin (16/1).
Arief mengatakan, ketersediaan komoditas kedelai dengan harga terjangkau ini diharapkan dapat menjaga stabilitas harga pangan berbahan dasar kedelai, seperti tahu dan tempe. Ini merupakan bagian dari upaya pemerintah menjaga daya beli masyarakat sebagai bagian dari pengendalian inflasi.
"Pada Desember 2022 ini inflasi kita secara tahunan (yoy) mencapai 5,51%, komoditas kedelai tidak masuk dalam daftar penyumbang utama inflasi bulanan namun demikian kita harus jaga hargannya tetap stabil,” ujarnya.
Arief menegaskan, kedelai ini harus segera didistribusikan kepada perajin tahu dan tempe kedelai. Ia pun meminta bantuan Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo), Bulog, dan RNI.
"Ini waktunya kolaborasi, antara pemerintah dengan sektor bisnis," ujarnya.
Arief menjelaskan, kedelai impor sangat dibutuhkan dan ditunggu para pelaku usaha, terutama perajin tahu dan tempe. Ini karena produksi kedelai nasional masih belum dapat memenuhi seluruh permintaan dalam negeri. Berdasarkan Prognosa Neraca Pangan yang dihimpun Bapanas, produksi kedelai dalam negeri pada 2023 hanya mencapai 289 ribu ton per bulan, sedangkan kebutuhannya sekitar 248 ribu ton.
“Kedatangan kedelai dari luar ini bukan berarti menunjukan kita pro impor. Kondisinya sekarang produksi dalam negeri masih belum mencukupi, maka pemerintah harus menyiapkan solusinya,” katanya.
Ia memastikan Badan Pangan Nasional (Bapanas) tetap akan memprioritaskan produksi dalam negeri dan akan terus mendorong kebijakan pembenahan tata kelola kedelai Nasional. Hal tersebut sesuai dengan arahan Presiden RI Joko Widodo dalam Rapat Terbatas (Ratas) Peningkatan Produktivitas Kedelai tahun 2022 lalu. Persiden berpesan agar ketersediaan dan stabilitas harga kedelai menjadi prioritas.
“Indonesia harus mampu meningkatkan produksi kedelainya sehingga dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor. Bapanas telah menyiapkan skema tata kelola kedelai nasional, salah satunya melalui penetapan harga acuan pembelian kedelai lokal Rp 10.775 per kg di tingkat produsen," ujar Arief.
Ia berharap penetapan harga acuan kedelai tersebut diharapkan mampu memacu petani untuk lebih semangat bertanam kedelai, sehingga dapat meningkatkan produksi dalam negeri.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan dalam kesempatan yang sama mengatakan, masuknya kedelai sebanyak 56 ribu ton dapat menurunkan harga kedelai dalam waktu dekat.
"Beberapa bulan terakhir harga kedelai termasuk tinggi dan menjadi keluhan pengusaha tahu dan tempe. Dengan masuknya kedelai 56 ribu ton ini, harga kedelai menjadi Rp 12.000 per kg," ujarnya.
Amerika Serikat merupakan pemasok utama kedelai impor Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, kedelai impor dari AS mencapai 1,37 juta ton senilai US$955,3 juta sepanjang periode Januari-Agustus 2022.
Volume impor kedelai dari Negeri Paman Sam tersebut porsinya mencapai 81,72% dari total impor gandum nasional seberat 1,68 juta ton sepanjang Januari-Agustus tahun ini.