Produksi Sawit Turun Imbas Harga Pupuk Naik 400%, Petani Minta Subsidi

ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/tom.
Pekerja menimbang tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Bram Itam, Tanjungjabung Barat, Jambi, Selasa (15/3/2022). Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan Anwar Sanusi mengatakan pandemi COVID-19 berdampak besar terhadap sektor ketenagakerjaan, khususnya angkatan kerja lapisan menengah ke bawah.
26/1/2023, 06.00 WIB

Produksi sawit petani mandiri anjlok karena harga pupuk yang tinggi membuat petani mengurangi jatah pemupukan. Asosiasi Petani Sawit Indonesia atau Apkasindo meminta kepada pemerintah untuk memberikan jatah pupuk subsidi.

Ketua Umum Apkasindo Gulat Manurung mengatakan bahwa sumbangan produksi crude palm oil atau CPO dari petani mandiri semakin turun sejak 2021 menjadi 26%. Pada 2022, petani sawit amndiri hanya mampu menyumbang 23% dari total produksi nasonal.

Produksi sawit mandiri diperkirakan semakin turun menjadi 15% pada 2023. Padahal, petani sawit mandiri seharusnya bisa menyumbang sekitar 42% jika dihitung dari luas lahan kebun.

"Kami hanya bisa menyumbang 26% jauh sekali dari harapan, harusnya paling tidak mencapai 42% sesuai dengan luasnya fakta inilah yang menjadi tolak ukur," ujar Gulat dalam acara Konferensi Pers Kinerja Industri Sawit 2022, di Jakarta, Rabu (25/1).

Harga Pupuk Naik 400%

Gulat mengatakan, harga pupuk naik hingga 400%. Awalnya harga pupuk hanya Rp 300.000 per 50 kg. Saat ini harganya melonjak jadi Rp 1,1 hingga Rp 1,2 juta per kg.

"Saya pikir hanya orang pikun lah yang mengatakan petani sawit bahagia," tegas Gulat.

Oleh sebab itu, Apkasindo meminta kepada pemerintah berlaku adil kepada para petani sawit dengan memberikan subsidi pupuk. Pasalnya saat ini sawit bukan jenis komoditas yang mendapatkan jatah pupuk subsidi.

Dia menuturkan, petani sawit selalu dibebani oleh pemerintah untuk terus berproduksi dengan jumlah yang tinggi, namun di sisi lain pupuk tidak diberikan subsidi. Hal tersebut membuat para petani sawit terus merugi.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau GAPKI, Joko Supriyono mengatakan bahwa harga kelapa sawit diprediksi akan naik lagi pada tahun ini. Namun, dia belum bisa menyebutkan berapa kisaran harga tersebut.

"Harga sawit diprediksi akan naik lagi pada 2023 ini, namun kami belum tau berapa besaran harga tersebut," ujar Joko.

Berdasarkan data Gapki, produksi minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil  (CPO) 2022 sebesar 46,729 juta ton. Angka tersebut lebih rendah dari produksi tahun 2021 sebesar 46.888 juta ton.

"Ini merupakan tahun ke-4 berturut-turut dimana produksi cenderung terus turun atau stagnan sejak kelapa sawit diusahakan secara komersial di Indonesia," kata dalam acara Konferensi Pers Kinerja Industri Sawit 2022, Jakarta, Rabu (25/1).

India Tujuan Ekspor Tertinggi

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diterima redaksi Katadata, Indonesia mengekspor minyak sawit seberat 25,01 juta ton sepanjang 2022.

Angka tersebut turun 2,4% dibanding 2021, yang total volume ekspornya mencapai 25,62 juta ton. Negara yang paling banyak membeli minyak sawit Indonesia pada 2022 adalah India, dengan volume 4,99 juta ton.

Berikutnya ada Tiongkok, Pakistan, Amerika Serikat, Bangladesh, Malaysia, Vietnam, Mesir, Spanyol, dan Rusia dengan rincian volume seperti terlihat pada grafik.

Reporter: Nadya Zahira