Mendag: Bahan Baku Minyak Goreng Berkurang karena Biodiesel B35

ANTARA FOTO/Galih Pradipta/YU
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (kiri) bersama Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga (kanan) memperlihatkan minyak goreng kemasan saat peluncuran minyak goreng kemasan rakyat (MinyaKita) di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Rabu (6/7/2022).
30/1/2023, 18.48 WIB

Minyak goreng subsidi Minyakita tengah langka di pasar tradisional dan dijual dengan harga tinggi. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengakui pasokan minyak goreng di pasar tradisional menipis karena kekurangan bahan baku, yakni minyak sawit mentah atau CPO.

Zulkifli mengatakan, minimnya bahan baku untuk industri minyak goreng disebabkan oleh naiknya permintaan di industri biodiesel. Pasalnya, pemerintah telah meningkatkan program B20 menjadi B35 pada tahun ini.

Peningkatan tersebut menyebabkan kebutuhan industri biodiesel bertambah sebanyak tiga juta kiloliter menjadi 12 juta kiloliter.

Oleh karena itu, Zulkifli telah meminta 30 produsen minyak goreng untuk menambah pasokan minyak milik pemerintah atau Minyak Kita dalam waktu dekat. Menurutnya, penambahan pasokan tersebut akan membuat kapasitas produksi Minyak Kita naik dari 300.000 ton per bulan menjadi 450.000 ton per bulan.

"Mudah-mudahan dengan itu kami bisa membanjiri kembali pasar-pasar tradisional atau pasar modern dengan minyak goreng merek Minyakita," kata Zulkifli di kompleks Istana Kepresidenan, Senin (30/1).

KPPU Usut Kelangkaan Minyakita

Komisi Pengawas Persaingan Usaha atau KPPU mengusut penyebab dari adanya kelangkaan minyak goreng bersubsidi Minyakita. Pasalnya, kelangkaan stok janggal karena terjadi saat kondisi industri sawit stabil.

Minyakita saat ini tengah langka di pasar dan dijual di atas Rp 16.000 per liter. Padahal Harga Eceran Tertinggi atau HET minyak goreng curah atau bersubsidi adalah Rp 14.000 per liter.

Direktur Ekonomi KPPU Mulyawan Ranamanggala mengatakan, kelangkaan stok Minyakita ini janggal karena KPPU tidak menemukan adanya kenaikan harga minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil/CPO yang cukup signifikan. Selain itu, saat ini tidak ada indikasi gagal panen Tandan Buah Segar atau TBS. 

"Tapi ini kondisinya agak berbeda, ada kejanggalan. Kami tidak melihat kenaikan harga CPO yang cukup signifikan, juga tidak ada indikasi adanya kegagalan panen TBS. Kami tidak mendapatkan informasi tersebut. Maka kami akan mengkroscek kembali," ujar Mulayawan dalam acara Konferensi Pers terkait Kelangkaan Minyak Curah dan Minyakita, di Kantor KPPU, Senin (30/1).

Dia mengatakan, KPPU belum mengetahui alasan mengapa tiba-tiba beberapa produsen mengurangi produksi kemasan minyak goreng sederhananya. Dengan begitu, KPPU akan usut permasalahan tersebut dengan meminta data produksi dari Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian.

"Ini akan kami usut, tapi kami harus dapatkan datanya dulu dari Kemendag dan Kemenperin untuk mendapatkan berapa total produksi dari minyak curah dan Minyakita," ujarnya.

Berdasarkan data United States Department of Agriculture (USDA), Indonesia adalah produsen minyak sawit terbesar di dunia. USDA memproyeksikan produksi CPO Indonesia bisa mencapai 45,5 juta metrik ton (MT) pada periode 2022/202.

Reporter: Andi M. Arief