Kementerian Perdagangan menemukan lebih dari 500 ton Minyakita belum disalurkan sejak Desember 2022. Temuan Minyakita tersebut akan segera disalurkan ke pasra tradisional yang ada di sekitar Jawa.
Penemuan Minyakita terdapat di gudang penyimpanan PT Bina Karya Prima di Marunda, Jakarta Utara. Tempat tersebut kini sudah disegel oleh pihak berwajib.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Zulhas mengatakan Satgas Pangan tengah menyelidiki apakah Minyakita tersebut sengaja ditimbun atau tidak. Pasalnya, Minyakita tersebut sudah diproduksi sejak Desember 2022 atau satu bulan lebih.
"Menurut yang punya, mereka bikin dulu, tapi DMOnya gak datang-datang. Nanti Satgas Pangan yang mengecek ada pelanggaran atau tidak," ujar Zulhas di lokasi penemuan, Selasa (7/2).
Namun demikian, dia mengatakan, yang terpenting saat ini adalah adanya tambahan pasokan Minyakita yang akan disalurkan ke berbagai pasar tradisional di Jawa. Distribusi Minyakita ini dikhususkan untuk pasra tradisional. Zulhas mengatakan mengehentikan sementara distribusi Minyakita untuk ritel modern maupun e-commerce.
Minyakita Langka
Zulhas mengatakan, saat ini terjadi kelangkaan Minyakita yang disebabkan oleh tingginya permintaan. Dia mengatakan , banyak konsumen yang sebelumnya konsumsi premium kini beralih ke Minyakita. Pasalnya, Minyakita dijual dengan harga murah namun dikemas dengan baik sehingga lebih higienis dibandingkan minyak curah.
Oleh sebab itu, dirinya menginstruksikan agar menaikkan domestic market obligation atau DMO Minyakita dari 300 ribu ton menjadi 450 ribu ton.Seperti diketahui, Minyakita berasal dari DMO yang me jadi syarart eksportir CPO.
"Saya dapat informasi, misalnya distributor yang tadinya misalnya jual minyak Tropical 100%, kini jadi 80% Minyakita, sisanya baru Tropical," kata dia.
Menurut laporan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau Gapki, sepanjang 2022 konsumsi minyak sawit dalam negeri mencapai 20,9 juta ton. Volume konsumsi tersebut naik sekitar 13% dibanding 2021 (year-on-year/yoy) sekaligus menjadi rekor tertinggi sejak 2018.
Peningkatan konsumsi paling signifikan adalah untuk biodiesel, yakni bahan bakar cair dari unsur organik yang memiliki emisi karbon hasil pembakaran lebih rendah ketimbang bahan bakar minyak atau BBM fosil.