Sejumlah restoran ternama banyak yang sepi dan bahkan menutup gerai restorannya. Padahal bisnis kuliner tersebut tersebut sebelumnya sempat viral dan membuka ekspansi di berbagai kota.

GM Corporate Communication Foodizz Academy, Sarita Sutedja, mengatakan terdapat banyak faktor yang menyebabkan cafe restoran dan cafe tutup. Namun secara umum, ada beberapa faktor yang mungkin terjadi.

Sarita pun menbagikan tiga faktor penyebab banyaknya cafe dan restoran tutup, yaitu:

1. Pandemi

Sarita mengatakan, brand restoran lokal maupun internasional terdampak saat pandemi. Banyak dari mereka yang tutup karena bisnis modelnya tidak siap untuk situasi tersebut. Apalagi jika restoram tersebut mengandalkan dine in atau makan di tempat sebagai sumber pendapatan utama.

Di sisi lain juga, pandemi juga terjadi cukup lama yaitu hampir lebih dari 2 tahun. sehingga banyak sekali faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menjalankan bisnis termasuk misalnya menutup dulu bisnis untuk mengamankan cash flow sampai menunggu situasi membaik, seperti tahun 2023 ini.

2. Perubahan Market

Sarita mengatakan bisnis antar makanan atau delivery food meningkat cukup tajam karena pandemi. Hal ini menjadikan banyak perusahaan bisnis antar makanan yang muncul saat itu dan bahkan menarik investor masuk

Namun pada 2023, bisnis luar jaringan atau offline kembali lagi sehingga terjadi lagi. Hal itu menyebabkan terjadinya pergeseran konsumen di mana kebutuhan pengiriman makanan pun turun.

" Nah perubahan market seperti ini juga menjadi penyebab bisnis harus kembali di adjust agar bisa bertahan," ujarnya kepada Katadata.co.id, Senin (13/2).

3. Kompetisi Lokal

Sarita mengatakan, banyaknya cafe, resto atau tempat makan lokal juga menjadi tantangan tersendiri setiap pebisnis kuliner di manapun berada. "Dalam hal ini penting sekali melakukan inovasi secara berkala, agar bisa terus bertahan ditengah-tengah kompetisi saat ini," ujarnya.

Tren Bisnis Kuliner 2023

Hasil survei Populix untuk Foodiz Academy memprediksi sejumlah tren bisnis food and beverage atau F&B sepanjang 2023. Survei tersebut menunjukkan jenis makanan yang disukasi untuk Gen Z dan Millenial sepanjang 2023.

CEO Populix, Timothy Astandu, mengatakan survei dilakukan pada 3.138 responden di seluruh Indonesia. Menurut dia, Gen Z dan milenial ada dua kelompok generasi dengan jumlah paling besar saat ini.

"Kedua generasi ini adalah yang paling banyak berkontrbusi dalam kegiatan jual beli dan konsumsi dalam beberapa tahun terakhir," ujarnya dikutip dari Foodiz Channel, Senin (13/2).

Berdasarkan survei tersebut, tren kuliner 2023 akan kembali ke makanan Indonesia baik murni tradisional maupun fusion dengan negara Asia lainnya atau makanan barat. Survei menunjukkan, sebanyak 44% Gen Z menyukai masakan Indonesia murni, fusion Indonesia - Asian 17%, dan Fusion Indonesia - Western 16%. Tiga jenis makanan tersebut berada di urutan ketiga teratas, lebih tinggi dari makanan korea (7%), makanan Jepang (6%), internasional murni (5%), dan makanan eropa (2%).

Sementara untuk milenial memilih makanan nurni tradisional Indonesia sebesar 53%, fusion Indonesia - Asian 14%, dan Fusion Indonesia - Western 11%.

Timothy mengatakan, hasil survei ini sangat menarik bahwa konsumen Indonesia kembali lagi ke rasa Nusantara. "Ini bisa disebabkan karena sebelumnya sudah banyak masuk rasa dari negara lain. Tapi di 2023, masakan nusantara akan populer baik murni maupun fusion," ujarnya.