Ekspor CPO Januari Turun 8,5%, Ini Tiga Faktor Pendorongnya

ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/rwa.
Pekerja menyusun tandan buah segar (TBS) kelapa sawit hasil panen di Desa Berkah, Sungai Bahar, Muarojambi, Jambi, Rabu (2/11/2022). Pemerintah melanjutkan pembebasan pungutan ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) per 1 November 2022 sampai harga referensi CPO lebih besar atau sama dengan 800 dolar AS per metrik ton (MT).
15/2/2023, 15.13 WIB

Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat ekspor minyak sawit mentah atau CPO dan turunannya mencapai US$ 1,9 miliar pada Januari 2023. Nilai tersebut lebih rendah 8,5% dibandingkan ekspor Desember 2022 atau month to month, namun lebih tinggi 6,2% dari nilai ekspor Januari 2022 atau year on year.

Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah, mengatakan, kinerja ekspor unggulan mengalami penurunan secara bulanan seperti besi dan baja, CPO, serta batu bara.

“Jika kita lihat lebih mendalam, penurunan komoditas besi dan baja serta minyak kelapa sawit disebabkan oleh penurunan volume ekspor. Sementara itu, untuk komoditas batu bara, selain karena penurunan volume, juga dipengaruhi oleh penurunan harga,” ujarnya dalam acara rilis BPS, di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Rabu (15/2).

BPS mencatat  volume ekspor CPO sebesar 2,2 juta ton pada Januari 2023. Volume ekspor tersebut turun dibandingkan Desember 2022 mencapai 2,4 juta ton.

B35 dan Penurunan Produksi

Penurunan volume ekspor disebabkan oleh tiga faktor yaitu penurunan harga CPO, penurunan produksi petani dan juga penyerapan domestik yang lebih besar karena program Biodiesel.

BPS mencatat rata-rata harga CPO ekspor Indonesia mencapai US$ 942 per metrik ton (MT) pada Januari 2023. . Harga CPO tersebut turun dari level tertinggi tahun ini yang mencapai US$ 1.065 per MT yang terjadi pada Senin, 2 Januari 2023.

Selain harga, penurunan ekspor CPO juga dipengaruhi oleh produksi. Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau GAPKI, Joko Supriyono, mengatakan penurunan ekspor CPO dipengaruhi oleh produksi kelapa sawit petani dalam negeri yang lebih rendah.

"Ya kalau ekspor kelapa sawit tergantung produksi, kalau produksinya tidak naik, maka ekspornya tidak naik. Apalagi kebutuhan domestiknya naik, ya berarti ekspornya akan berkurang," ujar Joko saat ditemui awak media, di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Rabu (25/1). 

Joko menuturkan, semua perusahaan kelapa sawit sudah melakukan upaya untuk meningkatkan produktivitas untuk memperbaiki pertumbuhan ekspor kelapa sawit di Indonesia. Upaya yang ditempuh oleh perusahaan tersebut salah satunya dengan melakukan replanting atau penanaman ulang.  

Serapan CPO juga lebih banyak tertarik ke domestik karena adanya program Biodiesel 35% atau B35 yang dimulai 1 Februari 2023. Ketua Umum Apkasindo, Gulat Manurung mengatakan B35 akan menyerap 13,5 juta kiloliter CPO.

Hal itu akan menambahkan porsi serapan CPO domestik menjadi 28,7%. Akibatnya, pasokan CPO global akan berkurang dan harganya terdongkrak naik.

"Harga TBS tentu akan ikut terkerek,” ujar Ketua Umum Apkasindo, Gulat Manurung kepada Katadata.co.id, pada Selasa (31/1).



Reporter: Nadya Zahira