Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) mengungkapkan bahwa produktivitas tandan buah segar atau TBS kelapa sawit Indonesia anjlok hingga sekitar 60%. Petani perlu segera melakukan replanting atau peremajaan kelapa sawit untuk mengembalikan produktivtas.
Ketua Apkasindo, Gulat Manurung, mengatakan produktivtas sawit rakyat tahun ini rata-rata sekitar 500 kg per hektare. Jumlah itu merosot hampir 60% dibandingkan tahun lalu yang bisa mencapai 1.200 kg atau 1,2 ton per hektare.
Dia mengatakan, petani harus melakukan peremajaan untuk mengatasi masalah tersebut. Program peremajaan tersebut telah dibuat oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit atau BPDPKS.
“Produktivitas masih menurun, untuk mengatasinya harus melakukan replanting tidak ada pilihan lain," ujar Gulatdi Jakarta, Senin (27/2).
Namun demikian, Gulat mengatakan bahwa saat ini banyak petani kelapa sawit yang tidak bisa replanting karena syarat program PSR yang rumit. Terdapat 38 syarat yang harus dipenuhi, namun yang tersulit adalah kelengkapan koordinat peta yang membutuhkan biaya tinggi.
Syarat ini terkait aturan dari Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertahanan Nasional dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yakni kelengkapan kordinat peta. "Petani disuruh melengkapi koordinat peta lahan. Padahal kami semua sudah bersertifikat. Ini gila kalau untuk level petani, ini tidak mungkin," ujar Gulat.
Dia meminta kepada pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut sehingga petani bisa mengikuti PSR.
Dana Pupuk Terhambat
Gulat mengatakan, program PSR sebenarnya memberikan subsidi bagi petani untuk memberikan pupuk. Hal itu sangat bermanfaat di tengah kenaikan pupuk yang mencapai 300%.
Namun demikian, petani rakyat tidak bisa mendapatkan dana pupuk tersebut karena tak bisa memenuhi syarat PSR. Alhasil, saat ini banyak petani yang mengurangi pemupukan dan berdampak pada produktivitas sawit.
Gulat mengatakan, produktivitas sawit Indonesia bisa merosot hingga mencapai 250 kg per hektare pada Juni 2023 jika petani tidak melakukan pemupukan.
Di sisi lain, Gulat mengatakan bahwa upaya replanting tidaklah mudah. Butuh waktu yang cukup lama yakni hingga 5 tahun lamanya, serta perencanaan yang matang dari para pengusaha untuk melakukan replanting.
Masa Depan Sawit Terancam
Sementara itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan kondisi kebun sawit rakyat terus menghadapi tantangan besar terkait produktivitas yang rendah. Produktivitas sawit nasional baru mencapai 3–4 ton per hektar setara CPO. Hal tersebut tentu dapat mengancam masa depan sawit rakyat Indonesia jika tidak dilakukan suatu langkah komprehensif.
Dia mengatakan, Kementerian Pertanian mendorong akselerasi PSR seluas 2,8 juta hektar dengan menjaga resiliensi perkebunan Indonesia.
"Kita harus pastikan program PSR ini dapat berjalan dengan baik dan saya percaya forum PSR inI akan menghasilkan sesuatu yang dapat bermanfaat bagi rakyat Indonesia" ucap Syahrul
Mentan Syahrul mengatakan kontribusi kelapa sawit ditopang luas areal tutupan kelapa sawit nasional yang telah mencapai 16,38 juta hektar dimana sekitar 6,9 juta hektar merupakan milik perkebunan sawit rakyat.
Produksi dan konsumsi minyak sawit memperlihatkan tren yang menurun sejak Agustus 2021. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) melaporkan produksi minyak sawit pada Oktober 2021 turun 3,5% dan konsumsinya turun 1,76% dibandingkan bulan sebelumnya.