Realisasi Peremajaan Sawit Rakyat Rendah, Lima Tahun Hanya 278.000 Ha

ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/rwa.
Pekerja menyusun tandan buah segar (TBS) kelapa sawit hasil panen di Desa Berkah, Sungai Bahar, Muarojambi, Jambi, Rabu (2/11/2022).
Penulis: Nadya Zahira
27/2/2023, 21.09 WIB

Kementerian Pertanian atau Kementan mengungkapkan bahwa realisasi subsidi program peremajaan sawit rakyat atau PSR masih rendah. Hal ini tercatat berdasarkan data dari 2017 sampai 2022 atau lima tahun terakhir hanya tercapai 278.200 hektare (ha).

Direktur Jenderal Perkebunan Kementan, Andi Nur Alamsyah, mengatakan bahwa setidaknya ada 2,8 juta ha lahan kelapa sawit yang potensial untuk diremajakan.

"Sejak program PSR ini diluncurkan, sudah ada 21 provinsi dan 123 kabupaten kota sentra perkebunan kelapa sawit yang bergabung dengan target per tahun 180 ribu ha, sesuai arahan komite pengarah BPDPKS," ujarnya dalam Rapat Koordinasi Nasional Kelapa Sawit di Hotel Pullman Central Park, Jakarta, Senin (27/2).

Namun demikian, dia mengungkapkan adapun untuk capaian realisasi PSR masih belum sesuai harapan. Maka dari itu, diperlukan upaya strategi yang lebih konkret yang harus disiapkan oleh para stakeholder terkait, sehingga capaian untuk memenuhi target seluas 180 ribu ha per tahun dapat tercapai.

Dia menyebutkan, strategi tersebut salah satunya yakni dengan dilakukannya penyelenggaraan Rapat Koordinasi Nasional atau Rakornas Kelapa Sawit yang berlangsung pada hari ini, Senin (27/2).

"Rakornas ini merupakan salah satu strateginya, dimana kami menghadirkan seluruh stakeholder yang terdiri dari unsur Pemerintah Daerah, Pemerintah Provinsi, Kabupaten, Kota, perusahaan kelapa sawit yang melakukan kemitraan dengan program PSR serta asosiasi usaha baik perkebunan maupun perusahaan perkebunan," ujarnya.

Andi berharap, adanya penyelenggaraan Rakornas pada hari ini, dapat menjadi kesempatan baik untuk mendorong dan membangun komitmen bersama, sehingga program PSR kedepannya bisa tercapai lebih baik, sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

Halaman:
Reporter: Nadya Zahira