Indonesia masih impor 65% bahan baku Industri makanan dan minuman atau mamin. Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian atau Kemenperin, Putu Juli Ardika, mengatakan bahan baku tersebut memang tidak bisa didapatkan di dalam negeri.
"Kita masih mengandalkan impor hingga 65% untuk bahan baku mamin yang kebutuhannya itu sebagian besar untuk industri mamin dari skala besar hingga kecil atau UMKM," ujar Putu kepada Katadata.co.id saat ditemui di Kantor Kemenperin, Rabu (28/2).
Putu mengatakan, bahan baku yang selalu diimpor oleh Indonesia adalah susu, gula, dan gandum. Dia mengatakan, impor tidak akan dilakukan jika dalam negeri masih bisa menghasilkan sendiri.
"Kalau masih bisa menghasilkan sendiri seperti basisnya perikanan, olahan-olahan, ya kita tidak impor. Kalau seperti tepung terigu harus kita impor bahan bakunya karena disini tidak bisa menanam gandum," ujarnya.
Dia menjelaskan, Indonesia masih mengimpor susu karena produksi susu dalam negeri masih terbatas. Menurut dia, peternakan di Indonesia masih perlu dikembangkan lagi.
Sementara alasan masih impor gula karena kebutuhan industri yang tinggi. Sementara pasokan dalam negeri masih jauh memenuhi kebutuhan industri.
"Gula ini demandnya besar sekali, sedangkan suplainya masih terbatas, terutama industri itu perlu dikembangkan khususnya untuk diluar Jawa," ujarnya.
Impor Gula 500 Ribu Ton
Sebelumnya, Indonesia telah melakukan impor gula sebanyak 500 ribu ton pada awal tahun ini. Impor tersebut dilakukan setelah industri mamin kekurangan stok gula salah satunya gula kristal rafinasi atau GKR.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia atau GAPMMI, Adhi S. Lukman, mengatakan bahwa kekurangan pasokan GKR ini di luar perkiraan. Pemerintah sebenarnya sudah memberikan kuota pasokan gula rafinasi lebih besar dari tahun lalu.
Namun demikian, permintaan domestik untuk produk mamin melonjak hingga 16% sejak Covid-19 mereda. Selain itu, permintaan ekspor produk makanan dan minuman juga melonjak hingga 22%. Hal ini menyebabkan kebutuhan gula meningkat.
"Mungkin karena ini juga bisa terjadi kekurangan atau penyebab lainnya, saya belum bisa pastikan," ujar Adhi kepada Katadata.co.id, pada Rabu (7/12).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, Indonesia telah mengimpor 5,53 juta ton gula pada 2020. Dari jumlah tersebut, impor gula paling banyak berasal dari Thailand, yakni 2,02 juta ton atau 36,59% dari total volume impor gula tahun lalu.
Konsumsi gula pasir penduduk Indonesia per kapita per minggu mengalami peningkatan sepanjang 2021. Badan pusat statistik mencatat konsumsinya mencapai 1,123 kg per kapita per minggu.