Harga sejumlah bahan pokok diprediksi naik jelang Ramadan karena tingginya permintaan dan curah hujan yang tinggi. Namun demikian, Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Bapanas, I Gusti Ketut Astawa, memastikan bahwa stok bahan pokok tersebut cukup dan aman.
“Memang dengan curah hujan tinggi dengan segala macam, ada kecenderungan naik. Namun ketersediaan cukup dalam rangka bulan suci Ramadhan dan Idul Fitri,” kata Ketut seperti dikutip dari Antara, Senin (6/3).
Dia mengatakan, Bapanas terus berkoordinasi dengan kementerian terkit seperti Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan dan Kementerian Dalam Negeri untuk memastikan stok dan harga bahan pokok stabil. Pemerintah juga sudah melakukan pemetaan harga bahan pokok yang mahal dan murah.
“Senin lalu kami diundang Menteri Dalam Negeri dalam rangka koordinasi dengan Pemda dan semua gubernur, walikota, bupati hadir. Kita sudah mitigasi mana yang mahal dan murah,” ucap dia.
Sementara itu, harga beras medium masih jauh di atas Harga Eceran Tertinggi atau HET. Ketua Umum Koperasi Pasar Beras Induk Cipinang, Zulkifli Rasyid, mengatakan harga beras medium tinggi di pasaran karena stoknya yang tipis.
Dia mengatakan, melonjaknya harga beras juga didukung oleh cuaca yang buruk, sehingga petani kesulitan untuk panen. Namun, untuk saat ini sudah terdapat beberapa petani yang mulai melakukan panen sehingga harga beras kemungkinan akan turun.
"Beberapa petani sekarang sudah panen. Bahkan, ada beberapa dari mereka yang sudah memasukan beras hasil panennya ke pasar ini, tapi harganya memang masih mahal," ungkapnya.
Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggiling Padi dan Pengusaha Beras atau Perpadi Sutarto Alimoeso mengatakan adanya banjir di sejumlah daerah tersebut dapat mempengaruhi keterlambatan panen dan merusak kualitas beras. Banjir di sejumlah daerah tersebut juga dapat memaksa petani untuk mempercepat panennya.
"Bisa juga panennya dipercepat karena adanya banjir tersebut, kalau lahan padinya itu dianggap sebenarnya sudah matang, maka sudah bisa dipercepat, agar tidak rusak," ujar Sutarto kepada Katadata.co.id, Jumat (3/2).
Menurut Global Food Security Index (GFSI), indeks ketahanan pangan Indonesia pada 2022 berada di level 60,2, membaik dibanding dua tahun awal pandemi.
Kendati membaik, ketahanan pangan Indonesia tahun ini masih lebih rendah dibanding rata-rata global yang indeksnya 62,2, serta di bawah rata-rata Asia Pasifik yang indeksnya 63,4.