PT Indonesia Battery Corporation (IBC) menghitung adanya penjualan baterai hingga 500 megawatt hour (MWh) dari adanya kebijakan insentif untuk 250.000 motor listrik yang mulai berjalan pada Maret 2023. Hitungan ini berasal dari asumsi 1 motor listrik dengan kapasitas baterai sebesar 2 kilowatt hour (KWh).
Direktur Utama IBC Toto Nugroho menyampaikan bahwa pihaknya akan menjadi pemasok tunggal untuk suplai baterai motor listrik di dalam negeri. Langkah ini dinilai sebagai jalan untuk pengembangan ekosistem kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) sebagaimana diamanatkan oleh Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program KBLBB untuk Transportasi Jalan.
"Target pemerintah akan adakan 250.000 motor listrik. Dari jumlah itu dikalikan dengan besaran daya baterainya sekira 2 Kwh. Mendekati 1 gigawatt," kata Toto di Hotel Mulia Jakarta, Selasa (28/3).
Toto menjelaskan, suplai baterai motor listrik akan diproduksi oleh pabrik hasil usaha patungan IBC bersama konsorsium Korea Selatan, LG Energy Solution dan Hyundai Motor Group yang mulai produksi pada April 2024. Pabrik tersebut kini sudah mulai dibangun di Karawang, Jawa Barat.
"Insya Allah 2024 berdiri pabrik cell battery kendaraan listik pertama dengan nilai investasi US$ 1 miliar," ujar Toto.
Di lokasi yang sama, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menyampaikan bahwa 1 motor listrik bisa menyerap 2 Kwh hingga 2,5 Kwh listrik perseoran per hari atau setara 912,5 KWh per tahun. "Ini hitungan untuk satu motor saja," kata Darmawan.
Apabila dikalkulasikan dengan jumah motor listrik yang telah mengaspal di jalanan sebanyak 18.000 motor, maka konsumsi setrum PLN dari penggunaan motor listrik pada tahun ini mencapai 16. 425 KWh atau 16,4 MWh.
"Dengan tren motor listrik yang lebih murah dan fasilitas penukaran baterai yang diperbanyak di tiap jalan, tentu ke depan penambahan konsumsi harus disediakan oleh PLN," ujar Darmawan.