Nestle Indonesia menekankan komitmen untuk memberdayakan perempuan di area lingkungan kerja, salah satunya dengan menerapkan kebijakan Global Parental Policy, seperti mengizinkan karyawan perempuannya untuk cuti melahirkan selama 7,5 bulan.

"Hal ini dilakukan agar mereka yang melahirkan bisa memberikan ASI kepada anaknya secara sempurna, dan bisa merawat anaknya dalam waktu yang lama," ujar HR Director of Nestle Indonesia, Fai, dalam acara Konferensi Pers Sambut Hari Kartini, di Kantornya, Senin (10/4).

Selain itu, Fai mengatakan, Nestle memberikan fasilitas ruang kerja yang mendukung karyawan perempuan yang sudah menjadi ibu agar dapat bekerja dengan baik, hingga ruang untuk ibu menyusui sesuai dengan standar dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes). 

"Benar-benar untuk ruang ibu menyusui itu kami ikuti standar dari Kemenkes, jadi kami buat dengan minimum standar yang bagus," ujarnya.

Fai menuturkan, Nestle juga memberikan kesempatan flexi-arrangement atau pengaturan sistem kerja yang fleksibel, sehingga dapat memudahkan karyawannya yang sedang menjadi ibu, untuk dapat mengatur ritme pekerjaan yang harus mereka jalani setiap waktunya.

Ia juga mengungkapkan, Nestle mendorong partisipasi perempuan, khususnya pada posisi kepemimpinan. Menurut data internal, Nestlé Indonesia memiliki 40% perempuan di posisi kepemimpinan perusahaan hingga Maret 2023 ini, dari rata-rata perempuan yang bergabung dalam manajemen sebuah perusahaan di Asia Pasifik yang hanya sebanyak 28%. 

"Dengan bangga Nestle telah mencapai angka 40% untuk memberdayakan perempuan dan mendorong mereka agar bisa menjadi pemimpin," kata Fai.

Sementara itu, Sustainability Director Nestlé Indonesia Prawitya Soemadijo mengatakan, adapun dari segi keberlanjutan, perempuan memiliki peran penting dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup. Oleh sebab itu, Nestle juga mendorong perempuan untuk terlibat diberbagai inisiatif keberlanjutan. Salah satunya adalah mengajak perempuan untuk berpartisipasi dalam Pertanian Regeneratif.

"Harapannya, inisiatif ini dapat terus mengajak perempuan Indonesia untuk memberikan dampak yang baik dan berkelanjutan dalam memerangi perubahan iklim, melindungi lingkungan di Indonesia, serta meningkatkan kesejahteraan kehidupan para petani,” kata Prawitya.

Untuk mengajak keterlibatan perempuan dalam inisiatif keberlanjutan tersebut, Nestlé Indonesia telah bekerja sama dengan para petani perempuan dalam menciptakan sistem pertanian regeneratif. Salah satunya adalah dengan kemitraan bersama mitra petani kopi di Lampung, di mana 23% atau sekitar hampir mencapai 2.500 petani yang tergabung ialah wanita tani. 

Sementara itu, Presiden Direktur Nestle Indonesia, Ganesan Ampalavanar, mengatakan meski adanya tantangan di 2023, dirinya masih percaya jika investasi jangka panjang di Indonesia akan memiliki prospek yang cerah. Namun dalam jangka pendek, industri makanan di Indonesia saat ini tengah menghadapi tantangan harga bahan baku yang tinggi dalam tiga hingga enam bulan ke depan. 

"Biaya bahan baku pada 2022 jauh lebih tinggi dibandingkan 2021," ujarnya. 

Dia menjelaskan Nestle tidak menghadapi kendala stok bahan baku seperti yang terjadi pada industri makanan dan minuman lain. Namun biaya bahan baku yang meningkat menjadi tantangan bagi industri mereka akhir-akhir ini.

Reporter: Nadya Zahira